Rabu, 22 Juni 2011

KRITERIA KENAIKAN KELAS SMK RD & DBP

Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun pelajaran dan ditentukan berdasarkan kesimpulan akhir ketuntasan belajar setiap mata pelajaran pada semester 2 (dua). Kriteria kenaikan kelas diatur sebagai berikut:
A. KENAIKAN dari KELAS X (sepuluh) ke KELAS XI (sebelas):
Peserta didik dinyatakan naik kelas apabila memenuhi syarat-syarat di bawah ini
1. Peserta didik harus menyelesaikan seluruh program pembelajaran di kelas yang bersangkutan
2. Memiliki nilai minimal Baik untuk aspek kepribadian pada semester yang diikuti.
3. Mencapai nilai rata-rata minimal untuk semua mata pelajaran yang ditetapkan oleh sekolah.
4. Kehadiran minimal 85% yaitu 183 hari/tahun atau ketidakhadiran maksimal 33 hari/tahun dari jumlah hari efektif belajar (216 hari/tahun).
5. Peserta didik tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), maksimal 2 (dua) mata pelajaran.


B. TIDAK NAIK KELAS dari KELAS X (sepuluh) ke KELAS XI (sebelas) :
Peserta didik dinyatakan tidak naik kelas / dinyatakan harus mengulang di kelas
yang sama, apabila memenuhi syarat-syarat di bawah ini (minimal 2 syarat)
1. Peserta didik tidak menyelesaikan seluruh program pembelajaran di kelas yang bersangkutan
2. Tidak Memiliki nilai minimal Baik untuk aspek kepribadian pada semester yang diikuti.
3. Tidak Mencapai nilai rata-rata minimal untuk semua mata pelajaran yang ditetapkan oleh sekolah.
4. Kehadiran tidak mencapai minimal 85% yaitu 183 hari/tahun atau ketidakhadiran maksimal 33 hari/tahun dari jumlah hari efektif belajar (216 hari/tahun).
5. Ketidakhadiran tanpa keterangan maksimal 11 hari/semester.
6. Peserta didik tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), minimal 3 (tiga) mata pelajaran.

Minggu, 19 Juni 2011

Pengukuran Tanda tanda Vital

Tanda tanda Vital
• Suhu
• Nadi
• Pernapasan
• Tekanan darah

Pendahuluan
• Pemeriksaan TTV merupakan salah satu metode untuk mengumpulkan data pada tahap pengkajian sebelum melakukan askep
• Tanda vital tidak hanya diukur secara rutin, tetapi disesuaikan dengan hasil pengkajian
• Semakin kritis klien semakin sering diperlukan pengukuran TTV
• Seorang perawat harus dapat :
– Mengukur TTV secara akurat dan benar
– Mengerti dan menafsirkan nilai
– Mengkomunikasikan penemuan
– Menyusun intervensi dan frekuensi yang dibutuhkan

Tujuan pemeriksaan TTV
• Menjelaskan keadaan kesehatan seseorang secara umum
• Menggambarkan keadaan fisiologis tubuh
• Menentukan tindakan medik / keperawatan
• Mengevaluasi tindakan yang sudah diberikan kepada klien

Faktor yang mempengaruhi TTV
• Suhu ruangan
• Aktivitas fisik
• Dampak penyakit

Petunjuk pengukuran TTV
• Perawat caring dalam mengukur TTV
• Alat pengukur harus berfungsi dengan baik
• Tahu nilai normal dari TTV
• Tahu riwayat medik / terapi yang sedang dijalankan
• Meminimalkan faktor-faktor dari lingkungan yang dapat berpengaruh pada tanda vital
• Menggunakan sistem pengukuran secara sistematik
• Menentukan frekuensi pengukuran tanda vital sesuai dengan kondisi klien
• Menganalisa hasil pengukuran tanda vital
• Mengkomunikasikan perubahan tanda vital yang terjadi

Waktu pengukuran TTV
• Saat klien masuk di sarana fasilitas kesehatan
• Menurut jadwal / kebijakan Rumah Sakit
• Sebelum dan sesudah prosedur pembedahan
• Sebelum dan sesudah tindakan invasif
• Sebelum dan sesudah pengobatan yang berpengaruh pada sistem kardiovaskuler, respirasi dan temperatur
• Ketika terjadi perubahan secara fisik pada pasien
• Sebelum dan sesudah intervensi keperawatan seperti, aktivitas, ROM
• Sewaktu pasien menunjukkan gejala yang tidak spesifik

TAHAPAN PROGRAM PADA PROGRAM PENDIDIKAN NERS, GELAR AKADEMIK DAN SEBUTAN PROFESI

Pada program pendidikan Ners yang merupakan satu kesatuan utuh, terdapat dua tahap program, yaitu program akademik dan tahap program keprofesian. Kegiatan pendidikan keprofesian dilaksanakan setelah menyelesaikan program pendidikan akademik adalah 152 SKS, dan program keprofesian adalah 42 SKS.

Setelah menyelesaikan pendidikan pada tahap program akademik, lulusan mendapat gelar akademik, yaitu Sarjana Keperawatan (SKp), dan setelah menyelesaikan tahap program keprosesian lulusan mendapat sebutan profesi, yaitu Ners (Ns).

1. Tahap Program Akademik
Tujuan pendidikan tahap program akademik adalah mendidik mahasiswa melalui proses belajar mengajar sehingga memiliki sikap dan kemampuan sebagai berikut
a. Berjiwa Pancasila serta memiliki, memelihara dan mengembangkan integritas kepribadian yang tinggi, rasa tanggung jawab, sikap dapat dipercaya serta menaruh perhatian dan penghargaan sesama manusia sesuai dengan etika keperawatan.
b. Menguasai dasar-dasar ilmiah sehingga mampu berfikir, bersikap dan bertindak sebagai ilmuwan.
c. Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang kreatif dan produktif, bersikap terbuka, tanggap terhadap perubahan dan kemajuan ilmu dan teknologi keperawatan maupun terhadap masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat serta mendidik dan mengajak masyarakat kearah sikap yang sama.
d. Senantiasa meningkatkan dan mengembangkan diri dalam bidang ilmu keperawatan sesuai bakatnya dengan meningkatkan pendidikannya, memilih sumber-sumber pendidikan yang serasi dengan berpedoman pada pendidikan sepanjang hayat.
e. Menguasai dasar-dasar ilmiah serta pengetahuan dan metodologi ilmu keperawatan sehingga mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memilikinya untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang mencakup :
1) Mengenal, merumuskan dan menyusun prioritas masalah kesehatan masyarakat sekarang dan akan dating, serta merumuskan cara penyelesaiain masalah tersebut melalui perencanaan program yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
2) Menyusun rencana penyelesaian masalah kesehatan klien dengan berlandaskan etika keperawatan serta dengan memperhatikan aspek jasmani, rohani dan sosio-budaya serta spiritual klien melalui proses observasi, identifikasi dan perumusan masalah klien.
3) Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu kesehatan, khususnya ilmu keperawatan dalam upaya penyelesaiain masalah kesehatan klien seara individu, masyarakat dan system pelayanan dengan ikutserts dalam pendidikan dan penelitian.

2. Tahap Program Keprofesian
Tujuan pendidikan tahap profesi adalah mempersiapkan mahasiswa melalui penyesuaian professional dalam bentuk pengalaman belajar klinik dan pengalaman belajar lapangan secara komprehensif sehingga memiliki kemampuan professional sebagai berikut :
a. Menerapkan konsep, teori dan prinsip ilmu perilaku, ilmu sosial, ilmu biomedik dan ilmu keperawatan dalam melaksanakan pelayanan dan atau asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, komunitas, dan masyarakat.
b. Melaksanakan pelayanan dan atau asuhan keperawatan dari masalah yang sederhana sampai masalah yang kompleks secara tuntas melalui pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, implementasi dan evaluasi baik bersifat promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, sesuai batas kewenangan, tanggung jawab dan kemampuannya, serta berlandaskan etika profesi keperawatan.
c. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan dasar individu, keluarga, komunitas dan masyarakat dalam aspek bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual serta potensi berbagai sumber yang tersedia.
d. Merumuskan masalah keperawatan individu, keluarga, komunitas dan masyarakat
e. Merencanakan dan/ atau melaksanakan rangkaian tindakan keperawatan dalam upaya memenuhi kebutuhan dasar yang belum terpenuhi, dengan memanfaatkan sumber yang tersedia dan potensi secara optimal.
f. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan dan seluruh proses pada asuhan keperawatan, serta merencanakan dan melaksanakan tindak lanjut yang diperlukan.
g. Mendokumentasikan seluruh proses keperawatan secara sistematis dan memanfaatkannya dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
h. Mengelola pelayanan keperawatan tingkat dasar secara bertanggung jawab dengan menunjukan sikap kepemimpinan.

Sebagian besar kegiatan pengajaran pada tahap program pendidikan ini adalah berbentuk pengalaman belajar klinik (PBK). Menggunakan berbagai bentuk dan tingkat tatanan pelayanan kesehatan nyata yang memenuhi persyaratan pendidikan sebagai lahan praktek.
Program profesi dilaksanakan dengan menempatkan mahasiswa pada institusi pelayanan kesehatan dan masyarakat sesuai kemampuan keperawatan yang akan dicapai.

Program profesi dilaksanakan selama 1 (satu) tahun (48 miggu) @ 40 jam
Jumlah beban studi maksimal yang dapat diberikan dalam program profesi pada kurikulum fakultas selama 1 (satu) tahun adalah 42 SKS

Kebutuhan Dasar Seks Pasien

1. Definisi Keintiman
Keintiman adalah: semua sikap yang dapat memasuki kehidupan peribadi atau suasana perasaan seseorang. Keintiman hanya mungkin ada dalam suatu hubungan tertentu dalam keluarga misalnya.
Untuk sampai pada keintiman harus ada rasa saling percaya antara kedua belah pihak dan berusaha untuk tetap menjaga privasi. Namun dalam hubungan perawat dan pasien atas dsar kebutuhan dan saling percaya dapat saja dalam tugas nya perawat memandikan pasien dan lain-lain, maka keintiman akan terjalin dengan batasan-batasan tertentu.

2. Definisi Seksualitas
Seksualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan sesualitas di lihat dari sisi:
a. Jasmani :sikap seksual akan berfusi secara biologis melalui organ-organ kelamin yang berhubungan dengan proses reproduksi.
b. Rohani seksualitas adalah tertuju pada oang lain sebagai manusia,dengan tujuan utama bukan untuk pemuasan seksualitas melalui pola-pola yang baku seperti binatang.
c. Sosial adalah kedekatan dengan suatu keadaan intim dengan orang lain suatu alat yang paling di harapkan dalam menjalankan seksualitas.
Kebutuhan keintiman dan seksualitas dari pasiean dalam perawatan hubungan seksualitas jarang dibicarakan karena bagi sebagian orang masih dianggap tabu. Sehingga masalah ini hanya sedikit mendapat perhatian hal ini tak terlepas dari nilai yang dianut sebagai orang tua.
Mengekspresikan kebutuhan seksualitas sebenarnya tidak hanya melalui hubungan badan tapi sikap yang mesra sangat penting dalam mendukung kesembuhan dapat juga dilakukan dengan menetapkan pasien kamar tersendiri bila memang kebutuhan seksualitas harus di penuhi atau dapat juga pasien cuti sementara di akhir minggu ( bila keadaan memungkinkan ).

KONSEP PERUBAHAN DALAM KEPERAWATAN

A. PERUBAHAN DALAM KEPERAWATAN
Perubahan pelayanan keperawatan merupakan kesatuan yang menyatu dalam perkembangan dan perubahan keperawatan di Indonesia. Perubahan dalam keperawatan adalah suatu cara keperawatan untuk mempertahankan diri sebagai profesi dan berperan aktif dalam menghadapi era milenium, maka keperawatan Indonesia khususnya masyarakat ilmuwan dan masyarakat profesional keperawatan Indonesia, melihat dan mempersiapkan proses profesionalisasi ini bukan sebagai suatu ancaman melainkan tantangan untuk berupaya lebih keras memacu proses profesionalisasi keperawatan di Indonesia dan mensejajarkan diri dengan keperawatan di negara – negara lain.
Pelayanan keperawatan mempunyai 2 pilihan utama yang berhubungan dengan perubahan, mereka melakukan inovasi dan berubah atau mereka dapat dirubah oleh suatu keadaan dan situasi.

Ada 4 skenario masa depan yang diprediksikan akan terjadi dan harus diantisipasi dengan baik oleh profesi keperawatan Indonesia yaitu:
 Masyarakat berkembang.
Masyarakat akan lebih berpendidikan, lebih sadar akan hak dan hukum, menuntut berbagai bentuk dan jenjang pelayanan kesehatan /keperawatan yang profesional dan rentang kehidupan daya ekonomi masyarakat semakin melebar.
 Rentang masalah kesehatan melebar.
Sistem pemberian pelayanan kesehatan/ keperawatan yang meluas mulai dari tehnologi yang sangat canggih.
 IPTEK.
IPTEK harus berkembang dan harus dimanfaatkan dengan tepat dan guna.
 Tuntutan profesi terus meningkat.
Hal ini didorong oleh perkembangan IPTEK Medis, permasalahan internal pada profesi keperawatan dan era globalisasi.

Menurut toffler (1979) terdapat 4 kategori umum dari perubahan sosial yang mempengaruhi peran keperawatan yaitu:
 Pengaruh faktor – faktor lingkungan terhadap kesehatan.
 Pengeseran penekanan pelayanan kesehatan dengan lebih menekankan pada upaya pencegahan gangguan kesehatan.
 Perubahan peran dari pemberi pelayanan kesehatan.
 Cara-cara baru dalam pengambilan keputusan dalam bidang kesehatan yang memberikan kepada penerima pelayanan kesehatan tanggung jawab yang lebih besar dalam perencanaan kesehatan

B. JENIS DAN PROSES PERUBAHAN
Dapat dijabarkan dalam beberapa cara, yaitu perubahan yang direncanakan dan tidak direncanakan. Perubahan yang direncanakan lebih mudah dikelola dari pada perubahan yang tidak direncanakan, secara umum perubahan terencana adalah suatu proses dimana adanya pendapat baru yang dikembangkan, dikomunikasikan, kepada semua orang walaupun akhirnya akan diterima atau ditolak. Orang yang mengelola perubahan harus mempunyai suatu visiyang jelas dimana proses akan dilaksanakan dengan arah yang terbaik untuk mencapai tujuan.

C. STRATEGI DALAM PERUBAHAN
Dalam perubahan dibutuhkan cara yang tepat agar tujuan dalam perubahan dapat tercapai secara tepat, efektif dan efisien, untuk itu dibutuhkan strategi khusus dalam perubahan diantaranya:

 Strategi Rasional Empirik
Didasarkan pada manusia yang mempunyai sifat rasional maka dalam menghadapi perubahan manusia akan menggunakan sifat rasionalnya, langkah dalam perubahan atau kegiatan yang diinginkan dalam strategi rasional emperik ini dapat melalui penelitian atau adanya desiminasi melalui pendidikan secara umum sehingga melalui desiminasi akan diketahui secara rasional bahwa perubahan yang akan dilakukan benar-benar sesuai dan rasional, strategi ini juga dilakukan pada penempatan sasran yang sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki sehingga semua perubahan akan menjadi efektif dan efisien, selain itu juga menggunakan sistem analisis dalam pemecahan masalah yang ada.

 Strategi Redukatif Normatif.
Strategi ini dilaksanakan berdasarkan standar norma yang ada dimasyarakat perubahan yang akan dilaksanakan melihat nilai-nilai normatif yang ada dimasyarakat sehingga tidak akan menimbulkan permasalahan baru di masyarakat.

 Strategi paksaan – kekuatan.
Dikatakan Strategi paksaan – kekuatan karena adanya penggunaan kekuatan atau kekuasaan yang dilaksanakan secara paksa dengan menggunakan kekuatan moral dan kekuatan politik, strategi ini dapat dilaksanakan dalam perubahan sistem kenegaraan, penerapan sistem pendidikan dan lain – lain.

D. STRATEGI MEMBUAT PERUBAHAN
Perubahan dalam organisasi dalam 3 tingkatan yang berbeda yaitu individu yang bekerja di organisasi tersebut, perubahan struktur dan sistem, dan perubahan hubungan interpersonal.
Strategi membuat perubahan dapat dikelompokan menjadi 4 hal:
1) Memiliki visi yang jelas.
2) Visi merupakan hal yang sederhana dan utama karena visi akan dapat mempengaruhi pandangan orang lain, visi harus disusun secara jelas, ringkas dan mudah dipahami, dan dapat dilaksanakan oleh setiap orang.
3) Menciptakan iklim atau budaya organisasi yang kondusif.
4) Menciptakan iklim yang kondusif dan rasa saling percaya adalah hal yang penting.

Menurut Porter dan Ogrady (1986) upaya yang harus ditanamkan dalam menciptakan iklim yang kondusif adalah:
1) Kebebasan untuk berfungsi secara efektif.
2) Dukungan dari sejawat dan pimpinan.
3) Kejelasan harapan tentang linkungan kerja.
4) Sumber yang tepat untuk praktek secar efektif.

 Iklim organisasi yag terbuka
Sistem komunikasi yang jelas, singkat dan berkesinambungan. Kmunikasi merupakan unsur yang penting dalam perubahan setiap orang perlu dijelaskan tentang perubahan untuk enghindari rumor tau informasi yang salah semakin banyak orang yang mengethui tentang keadaan akan semakin baik, mereka mampu dan dapat memberikan pandangan kedepan dan mengurangi kecemasan serta ketakutan terhadap perubahan, komunikasi satuarah tidak cukup dan sering menimbulkan kebingungan karen orang tidak tahu apa yang akan terjadi.

 Keterlibatan orang yang tepat
Perubahan perlu disusun oleh orang-orang yang kompeten, begitu rencana sudah tersusun maka segeralah melibatkan orang lain pada setiap jabatan di organisasi, karena keterlibatan berdampak pada dukungan dan advocacy.


E. STRATEGI UNTUK MENGHADAPI HAMBATAN DALAM PERUBAHAN

 Mengelola Perubahan.
Dalam manajemen keperawatan, seorang manajer perawat dapat menggunkan jasa konsultan untuk membuat program rekomendasi yang akan memperbaiki produktifitas personel keperawatan sambil memberikan kepuasan kerja kepada mereka, tindakan ini dapat meliputi program pendidikanuntuk memperbaiki area dimana ada masalah, perubahan yang ditangani efektif menimbulkan perbaikan pelayanan perawatan pasien, meningkatkan moral, meningkatkan produktifitas dan memenuhi kebutuhan pasien dan staf.

 Pengumpulan dan Pengembangan Data
Manajer perawat perlu mengumpulkan data tentang pekerjaan perawat yang dapat didiskusikan, dianalisa dan diugunakan untuk mempengaruhi efek perubahan, integrasi komputer dan peralatan yang diautomatsasi penting untuk mendukung proses perubahan.
Dalam membuat prubahan manajer perawat harus merencanakan untuk memungkinkan individu tidak mempelajari yang lama tetapi menggunakan yang baru. Asuhan keperawatan yang berkulitas tinggi dihasilkan dari perubahan yang dorencanakan dan dikelola secara efektif.
 Latihan dan Pendidikan.
Perawat akan membutuhkn program pengembangan staf secara tetap untuk mempertahankan pengetahuan dan kompetensi agar tidak turun kembali.
Imbalan
Dapat berbentuk finansial maupun tidak, namun imbalan penting untuk tetap mempertahankan kinerja perawat dalam menghadapi perubahan, perawat berhak mendapatkan penghargaan yang sesuai, upaya lain dalam memberikan imbalan yaitu dalam bentuk penghargaan terhadap hasil kerjanya misalnya dengan memberikan dorongan untuk pengembagan diri, hal ini dapat memberikan kepuasan bagi individual.

 Penggunaan Kelompok sebagai Agen Pembaruan.
Kelompok menjadi penting dalam pembaruan atau perubahan yang efektif, saat kelompok bekerja dengan penuh keharmonisan, manajer perawat kadang perlu menggunakan metode Tim Nursing dalam menyeesaikan masalah-masalah dalam pelayanan keperawatan yang khusus dan berpengaruh terhadap perubahan.

 Komunikasi.
Perubahan yang direncanakan perlu dikomunikasikan pada stafnya secara tepat meskipun mereka tidak secara langsung terlibat.

 Lingkungan Organisasi.
Manajer perawat akan lebih berhasil jika mereka mendapat perhatian dan dukungan dari lingkungan organisasinya sampai perubahan diperkenalkan dan dilakukan.
Aspek lainnya dalam lingkungan organisasi yang menyokong perubahan meliputi :
 Adanya mutasi dalam lingkungan pekerjaan untuk pengembangan karir.
 Mengantisipasi dalam menghargai perubahan sehingga memungkinkan institusionalisasi memodifikasi struktur organisasi keperawatan untuk mengakomodasi perubahan yang memberikan pertumbuhan dan perkembangan.


F. KUNCI SUKSES STRATEGI UNTUK TERJADINYA PERUBAHAN YANG BAIK YAITU:
1. Mulai dari diri sendiri.
Perubahan dan pembenahan terhadap diri sendiri baik sebagai individu maupun sebagai profesi merupakan titik sentral yang harus dimulai, sebagai anggota profesi perawat tidak akan pernah berubah atau bertambah baik dalam mencapai suatu tujuan profesonalisme kalau perawat belum memulai pada diri sendiri oleh karena itu selalu introspeksi dan mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan yang ada akan sangat membantu terhadap terlaksananya pengelolaan keperawatan kedepan.

2. Mulailah sekarang, Jangan menunggu-nunggu.
Sebagaimana disampaikan oleh Nursalam (2000), lebih baik sedikit daripada tidak sama sekali, lebih baik sekarang dari pada harus menunggu-nunggu terus. Memanfaatkan kesempatan yang ada konsep merupakan manajemen keperawatan saat ini dan masa yang akan datang. Kesempatan tidak akan datang dua kali dengan tawaran yang sama.

G. MODEL DALAM PERUBAHAN

 Research And Development Model (Model Penelitian dan Pengembangan).
Model perubahan perubahan ini didasarkan atas penelitian dan perencanaan dalam pengembangan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam menggunakan model ini dapat dilakukan dengan cara melakukan identifikasi atas perubahan yang akan dilakukan dalam perubahan.
 Social Interaction Model (Model Interaksi Sosial).
Model perubahan dengan interaksi sosial ini dilakukan berdasarkan atas saling kerjasama dalam sistem dengan memfokuskan pada persepsi dan respons dar perubahan Roger diantaranya, menyadari akan perubahan, adanya minat dalam perubahan, melakukan evaluasi tentang hal-hal yang akan dilakukan perubahan, melalui uji coba sesuatu hal yang akan dilakukan perubahan serta menerima perubahan.
 Problem Solving Model.
Model ini menekankan pada penyelesaian masalah dengan menggunakan langkah mengidentifikasi kebutuhan yang menjadi masalah, mendiagnosis masalah, menemukan cara penyelesaian masalah yag akan digunakan, melakukan uji coba dan melakukan evaluasi dari hasil uji coba untuk digunkan dalam perubahan.

H. HAMBATAN DALAM PERUBAHAN
Perubahan tidak selalu mudah untuk dilaksanakan akan tetapi banyak hambatan yang akan diterimanya baik hambatan dari luar maupun dari dalam diantaranya hal yang menjadi hambatan dalam perubahan adlah sebagai berikut :
1. Ancaman Kepentingan Pribadi.
Ancaman kepentingan pribadi ini merupakan hambatan dalam perubahan karena adanya kekhawatiran adanya perubahan segala kepentingan dan tujuan diri contohnya dalam melaksanakan standarisasi perawat profesional dimana yang diakui sebagai profesi perawat minimal D III Keperawatan, sehingga bagi lulusan SPK yang dahulu dan tidak ingin melanjutkan pendidikan akan terancam bagi kepentingan dirinya sehingga hal tersebut dapat menjadikan hambatan dalam perubahan.
2. Persepsi yang Kurang Tepat.
Persepi yang kurang tepat atau informasi yang belum jelas ini dapat menjadi kendala proses perubahan. Berbagai informasi yang akan dilakukan dalam sistem perubahan jika tidak dikomunikasikan dengan jelas atau informasinya kurang lengkap, maka tempat yang akan dijadikan perubahan akan sulit menerimanya sehingga timbul kekhawatiran dari perubahan tersebut.
3. Reaksi Psikologis.
Reaksi psikologis ini merupakan faktor yang menjadi hambatan dalam perubahan karena setiap orang memiliki reaksi psikologis yang berbeda dalam merespons perbedaan sistem adaptasi pada setiap orang juga dapat menimbulkan reaksi psikologos yang berbeda sehingga bisa menjadi hambatan dalam perubahan, contohnya bila akan dilakukan perubahan dalam sistem praktek keperawatan mandiri bagi perawat. Jika perawat belum bisa menerima secara psikologis, akan timbul kesulitan karena ada perasaan takut sebagai dampak dari perubahan.
4. Toleransi terhadap Perubahan.
Toleransi terhadap ini tergantung dari individu, kelompok atau masyarakat. Apabila individu, kelompok atau masyarakat tersebut memiliki toleransi yang tinggi terhadap perubahan, maka akan memudahkan proses perubahan tetapi apabila toleransi seseorang terhadap perubahan sangat rendah, maka perubahan tersebut akan sulit diaksanakan.
5. Kebiasaan.
Pada dasarnya seseorang akan lebih senang pada sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya atau bahkan dilaksanakan sebelumnya dibandingkan sesuatu yang baru dikenalnya, karena keyakinan yang dilmiliki sangat kuat. Faktor kebiasaan ini yang menjadikan hambatab dalam perubahan.
6. Ketergantungan.
Ketergantungan merupakan hambatan dalam proses perubahan karena ketergantungan menyebabkan seseorang tidak dapat hidup secara mandiri dalam mencapai tujuan tertentu. Suatu perubahan akan menjadi masalah bagi seseorang yang selalu menggantungkan diri sehingga perubahan sulit dilakukan.
7. Perasaan tidak Aman.
Perasaan tidak aman juga merupakan faktor penghambat dalam perubahan karena adanya ketakutan terhadap dampak dari perubahan yang juga akan menambah ketidakamanan pada diri, kelompok atau masyarakat.
8. Norma.
Norma merupakan segala aturan yang didukung oleh anggota masyarakat dan tidak mudah dirubah. Apabila akan mmengadakan proses perubahan namun perubahan perubahan tersebut akan menghadapi hambatan. Sebaliknya jika norma tersebut sesuai dengan prinsip perubahan, maka akan sangat mudah dalam perubahan.

I. PEDOMAN UNTUK MELAKSANAKAN PERUBAHAN
Untuk terlaksananya suatu perubahan, maka hal-hal tersebut dibawah ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaannya.
1) Keterlibatan.
Tidak ada satu orangpun mengetahui semuanya. Oleh karena itu tidak menghargai kemampuan dalam pengetahuan orang lain serta melibatkannya dalam perubahan merupakan langkah awal dalam kesuksesan perubahan. Orang akan mau bekerjasama dan menerima pembaruan kalau mereka menerima suatu informasi tanpa ancaman dan bermanfaat baginya.
2) Motivasi.
Orang akan terlibat aktif dalam perubahan, kalau mereka termotivasi. Motivasi tersebut akan timbul jika apa yang sudah dilakukan bermanfaat dan dihargai.
3) Perencanaan.
Perencanaan ini termasuk dimana sistem tidak bisa berjalan secara efektif, dan perubahan apa yang harus dilaksanakan.
4) Legitimasi.
Setiap perubahan harus mempunyai aspek legal yang jelas, siapa yang melanggar dan dampak apa yang secara administratif harus diterima olehnya.
5) Pendidikan.
Perubahan pada prinsipnya adalah pengulangan belajar atau pengenalan cara baru agar tujuan dapat tercapai.
6) Manajemen.
Sebagai agen pembaharuan harus menjadi model dalam perubahan dengan adanya keseimbangan antara kepemimpinan terhadap orang dan tujuan / produksi yang harus dicapai.
7) Harapan.
Berbagai harapan harus ditekankan oleh agen pembaharu : hasil yang berbeda dengan sebelum direncanakan; terselesaikannya masalah – masalah di institusi; kepercayaan dan reaksi yang positif dari staf.
8) Asuh (nurturen).
Bimbingan dan dukungan staf dalam perubahan. Orang memerlukan suatu bimbingan dan perhatian terhadap apa yang telah mereka lakukan termasuk konsultasi terhadap hal–hal yang bersifat pribadi.
9) Percaya.
Kunci utama dalam pelaksanaan perubahan adalah berkembangnya rasa percaya antar tim. Semua yang terlibat harus percaya kepada agen pembaharu dan agen pembaharu juga harus percaya kepada staf yang terlibat dalam perubahan.


J. CHANGE AGENT
Dalam perkembangan karier profesional, setiap individu akan terpanggil untuk menjadi agen pembaharu. Menjadi agen pembaharu akan menjadikan hal yang sangat menarik dan menyenangkan sebagai bagian dari peran profesional. Keadaan tersebut akan terjadi, jika anda merespon setiap suatu perubahan disekeliling anda (Vestal, 1999).
1. Pertama yang harus dilakukan adalah mengontrol perilaku anda cara bagaimana anda mengelola perubahan. Anda dapat memilih sebagai pioner, penjelajah dan seorang yang berfikiran positif serta pelaku dengan motivasi yang tinggi. Anda dapat memulai dengan mengurangi/menghilangkan hambatan – hambatan dan memulai setahap demi setahap. Kali ini tidak berat untuk melihat perawat dapat mengontrol perilaku tersebut, sehingga perawat akan menjadi pemimpin yang baik pada masa depan.
2. Untuk menjadi seorang agen pembaharu yang efektif, anda perlu menjadi bagian dari perubahan. Tidak menjadi orang yang resisten terhadap perubahan, berpartisipasi aktif dalam perubahan yang sedang berlangsung akan menjadikan peran anda menjadi lebih bermakna dikemudian hari.
3. Menseleksi setiap suatu fenomena dan memilih hal – hal yang akan dirubah. Perubahan bukan hanya hal – hal yang mudah, tetapi hal – hal yang membutuhkan suatu tantangan. Sebagaimana orang bijak mengatakan “siapa saja bisa berhasil menyebrangi di laut yang tenang, tetapi keberhasilan menyebrangi ombak akan mendapatkan penghargaan yang sesungguhnya”.
4. Hadapilah setiap perubahan dengan senang dan penuh humor. Yakinkan bahwa perubahan adalah hal yang sulit, dan menjadi agen pembaharu akan lebih sulit. Jika anda mengalami stres karena terlalu serius dalam perubahan tersebut, maka anda akan mengalami gangguan kesehatan.
5. Selalu berpikiran ke depan daripada hanya merenungi hal – hal yang sudah terjadi pada masa lalu (fix the past). Berpikirlah suatu cara terbaru dan kesempatan untuk terlaksananya suatu perubahan. Belajarlah dari kesalahan, dan brpikir terus ke depan akan menjadikan anda seorang agen pembaharu yang sukses. Hal yang harus disadari bahwa apa yang akan anda lakukan sekarang belum tentu dapat bermanfaat untuk masa depan. Oleh karena itu kesuksesan dalam perubahan harus disertai langkah – langkah antisipatif untuk kesuksesan institusi di masa depan.

PENUTUP
Dalam perkembangan keperawatan juga mengalami proses perubahan seiring dengan kemajuan teknologi. Alasan terjadinya perubahan dalam keperawatan antara lain:
1. Keperawatan sebagai suatu profesi yang diakui oleh masyarakat dalam memberikan pelayanan kesehatan melalui asuhan keperawatan tentu akan dituntut untuk selalu berubah ke arah kemandirian dalam profesi keperawatan, sehingga sebagai profesi akan mengalami perubahan ke arah profesional dengan menunjukkan agar profesi keperawatan diakui oleh profesi bidang kesehatan yang sejajar dalam pelayanan kesehatan.
2. Keperawatan sebagai bentuk pelayanan asuhan keperawatan profeional yang diberikan kepada masyarakat akan terus memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat dengan mengadakan perubahan dan penerapan model asuhan keperawatan yang tepat sesuai dengan lingkup praktek keperawatan.
3. Keperawatan sebagai ilmu pengetahuan harus selalu berubah dan berkembang sejalan dengan tuntutan zaman dan perubahan teknologi, karena itu dituntut selalu mengadakan perubahan melalui penelitian keperawatan, sehingga ilmu keperawatan diakui secara bersama oleh disiplin ilmu yang lain yang memiliki landasan yang kokoh dalam keilmuan.
4. Keperawatan sebagai komunitas masyarakat ilmiah harus selalu menunjukkan jiwa profesional dalam tugas dan tanggung jawabnya dan selalu mengadakan perubahan sehingga citra profesi tetap bertahan dan berkembang.

MENSTERILKAN ALAT DENGAN CARA MEREBUS

Alat – alat :
• Alat – alat yang akan disterilkan dicuci bersih
• Bak steril tertutup yang sudah dialasi kasa steril
• Sterilisator / kompor untuk tempat merebus
• Kain lap
• Korentang steril
• Tromol berisi kasa steril

Langkah – langkah :
• Mencuci tangan
• Memasukkan alat yang akan disterilkan ke dalam sterilisator yang sudah dialasi
kain alas dan diisi sampai semua terendam
• Merebus alat sampai air mendidih ( 15’ – 20’ )
• Alat logam yang tajam atau yang tebuat dari karet dimasukkan setelah air mendidih
dan direbus selama ( 3’ – 5’ ) karena bila dimasukkan akan cepat tumpul
• Memindahkan alat – alat yang sudah direbus kedalam bak steril tertutup dengan
memakai korentang
• Membereskan alat
• Mencuci tangan

Sikap yang diharapkan : hati – hati, teliti dan jujur.

MENSTERILKAN ALAT DENGAN CARA MEMBAKAR

MENSTERILKAN ALAT DENGAN CARA MEMBAKAR

Alat – alat :
• Alat – alat yang akan disterilkan sudah bersih
• Spritus bakar
• Lampu spritus
• Korek api
• Kapas bulat
• Korentang steril
• Piala ginjal yang berisi air seperlunya
• Tromol berisi kasa steril

Langkah – langkah :
• Mencuci tangan
• Membasahi kapas bulat dengan spritus bakar sampai rata untuk sekali
• Menyalakan lampu spritus
• Mengambil kapas spritus dengan korentang steril dan dinyalakan kemudian bagian
dalam dan tutup dari alat dibakar sampai rata
• Setelah selesai kapas dibuang kedalam piala ginjal yang berisi air
• Membersihkan bagian yang sudah dikakar dengan kasa steril lalu Tutup
• Mematikan lampu spritus
• Membereskan alat dan mengembalikan pada tempatnya
• Mencuci tangan

Sikap yang diharapkan : hati – hati, teliti, jujur.

PROSEDUR MEMAKAI SKORT

MEMAKAI SKORT

Alat – alat : Skort

Langkah – langkah :
• Mencuci tangan
• Memakai skort dan mengikat talinya
• Melepas skort dengan bagian dalam dilipat keluar dan langsung dimasukkan ke
kantong cucian
• Mencuci tangan

Hal yang harus diperhatikan :
• Skort yang akan dipakai bersih dan talinya lengkap
• Sesuai dengan ukuran
• Tidak memakai skort keluar kamar
• Mengganti skort yang basah
• Skort hanya dipakai satu kali

MEMAKAI MASKER

MEMAKAI MASKER
Alat – alat : Masker
Langkah – langkah :
• Mencuci tangan
• Memberitahu pasien maksud perawat memakai masker
• Memasang masker menutup hidung dan mulut ( bagian berkawat untuk lekukan hidung )
 Tali atas diikat ke bagian belakang kepala melewati atas telinga
 Tali bawah diikat dibelakang leher
• Menanggalkan masker dengan melepas tali – talinya lalu dilipat dengan bagian
dalam tetap kedalam
• Masker direndam dengan larutan lisol

Hal yang harus diperhatikan :
• Masker hanya dipakai satu kali
• Jika masker lembab harus diganti
• Jangan menggulung masker dileher lalu dipakai lagi
• Tidak memakai masker keluar lingkungan pasien

Mencuci tangan (biasa)

MENCUCI TANGAN
Alat – alat :
• Sabun
• Air mengalir
• Handuk pengering

Langkah – langkah :
• Kuku terpotong pendek
• Kedua tangan dibasahi dibawah air yang mengalir
• Usahakan jari – jari lebih rendah dari siku
• Tangan disabun dan digosok terutama sela – sela jari secara rata
• Tangan dibilas jari jari kesiku dibawah air
• Dikeringkan dengan handuk kering

PENCEGAHAN INFEKSI

MIKROORGANISME → LINGKUNGAN
BERBAHAYA
RESPON TUBUH ” INFEKSI”

ASEPSIS adalah suatu keAdaan bebas dari mikroorganisme ( MO ) yang mendatangkan penyakit ( MO PATOGEN ).
MO NONPATOGEN adalah lingkungan yang tidak menyebabkan penyakit.

ASEPSIS terbagi menjadi 2 yaitu:
Medical asepsis :
Tekhnik membersihkan untuk mengurangi / membatasi mikroorganisme dan pertumbuhannya agar tidak mendatangkan penyakit dan mencegah penyebarannya dari satu orang/tempat ke orang/tempat lain.
Surgical asepsis:
Tekhnik steril cara yang di gunakan agar obyek atau tempat bebas dari microorganisme adalah cara untuk membasmi microorganisme beserta sporanya

INFEKSI:
Terjadi bila organisme dengan jumlah dan virulensi tempat tinggal menyerbu ’Host’(mahluk tempat microorganisme hidup) yang rentan..
Dalam lingkungan ada 5 microorganisme patogen:
• Bakteri
• Virus
• Jamur
• Protozoa



RANTAI INFEKSI
Faktor yang termasuk dalam proses infeksi:
1.Agen penyebab patogen
• .Penyebab infeksi:M.O dan parasit
• Kemampuan M.O untuk menimbulkan penyakit tergantung:
 Jumlah M.O
 Virulensi dan kemampuan M.O
 Sumber organisme
 Kemampuan masuk dalam tubuh
 Kemampuan menyatu dengan tubuh

2. Sumber/reservoir
• Reservoir:manusia,hewan,tumbuhan,lingkungan
• Reservoir pathogen dapat hidup dan berkembang dengan ciri tertentu ;
 Makanan
 Air
 Oksigen
 Suhu
 Ph
 Sinar
 Antibiotik

3. Keluarnya dari sumber
• Sebelum terjadi infeksi,patogen keluar dari sumber dan masuk dalam host
• Bila reservoir manusia,patogen dapat keluar melalui:
  • Saluran pernapasan melalui bersin,batuk,bernapas,bicara
  • Saluran pencernaan melalui feces,drainage,muntahan
  • Saluran perkemihan melalui urin,ostomy urin
  • Saluran reproduksi melalui urin,semen,cairan vagina
• Darah sirkulasi darah dapat menjadi pembawa M.O
Contoh lain bekas tusukan dapat menjadi jalan keluar
• Kulit dan membranmukosa melalui jaringan kulit atau membran mukosa yang terbuka. Contoh luka bedah pus.

4. Metode transmisi/penularan
M.O dapat di teransmisikan dengan cara:
Transmisi kontak
a. Kontak langsung
Kontak langsung fisik antara infeksi atau colonized person dengan orang yang rentan Colonized person : bakteri yang menjadi bagian dari flora dan manusia dapat terjadi saat perawat membalut, membersihkan atau kontak fisik dengan materi yang terinfeksi
b. Kontak tidak langsung
Terjadi pada host yang rawan kontak dengan objek yang terkontaminasi contoh stetoskop, tissue, peralatan medis, peralatan pernafasan.
c. Kontak droplet
 Melalui mulut, hidung atau konjungtiva orang yang rawan saat orang yang terinfeksi batuk atau bersin. Penularan droplet biasanya sejauh 90 cm.
 Transmisi melalui sarana : makanan, air dan darah dapat menjadi sarana terjadinya infeksi. Contohnya hepatitis A air
 Transmisi melalui udara : biasanya dari drpolet yamg terkontaminasi udara M.O terhisap orang rrentan
 Transmisi binatang ( vector – borne ) : spesies seperti ” Salmonella ” di binatang tapi pada manusia GE. Dapat mengkontaminasi makanan dan cairan.
5. Cara atau pintu masuk sama dengan pintu keluar
6.Kerentanan

PERJALANAN PENYAKIT
1. Periode inkubasi
Masa antara masuknya M.O Patogen kedalam tubuh sampai terjadi infeksi. Lama masa ini bervariasi tergantung jenis penyakit
2. Periode Prodomal
Seseorang mulai merasa gejala sakit namun belum pasti sakitnya panas, pilek
3. Periode Sakit
Gejala – gejala pada tahap prodomal lebih berkembang / bertambah parah.
4. Peroide Penyenbuhan
Gejala mulai berkurang dan kembali sehat

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. KERENTANAN
M.O dapat menimbulkan infeksi atau tidak dapat dilihat dari faktor kerentanan yng dipengaruhi oleh :
• Stress
Orang yang menghadapi stress dalam waktu yang lama, stress yang berat sehingga mudah terkena infeksi. Contoh : operasi besar yang dialami seseorang.
• Status nutrisi
• Mempengaruhi langsung kesehatan jaringan tubuh.
• Jaringan tidak sehat sehingga lama sembuh protein sebagai elemen yang penting.
• Jenis kelamin contohnya pneumonia yang banyak menyerang laki – laki.
• Keturunan contohnya orang yang kemungkinan kekurangan imunoglobulin.
• Usia pada saat neoatus memperoleh daya tahan dari ibu sampai dengan 2 – 3 bulan, selanjutnya membentuk sendiri imunoglobulin.
• Pemakaian obat seperti contoh radiasi dapat merusak jaringan sehingga mudah luka dan terinfeksi.
• Kebiasaan kesehatan seperti kebersihan tubuh dapat mengurangi kerentanan terhadap infeksi.

b. TANDA – TANDA KLINIS
Infeksi
Lokal yaitu mempengaruhi suatu bagian tubuh tertentu
Sistemik yaitu mempengaruhi seluruh bagian tubuh.
Tanda klinis lokal :
• Pembengkakan
• Kemerahan
• Nyeri
• Panas pada daerah infeksi
• Hilangnya fungsi pada daerah yang terinfeksi
Tanda klinis sistemik :
• Demam
• Lesu
• Mual
• Muntah / diare
• Anoreksia


TINDAKAN KEPERAWATAN
• Mencegah infeksi
Tanggung jawab perawat :
 Mendidik individu untuk mencegah infeksi dengan cara :
 Memperkuat daya tahan
 Menjaga kebersihan diri
 Mencuci tangan
 Menjamin kebersihan yang tepat, desinfeksi yaitu sterilisasi benda yang terkontaminasi
• Memperkuat daya tahan tubuh dengan cara :
 Imunisasi
 Nutrisi
 Istirahat dan tidur yang cukup
 Tingkat stress dalam batas
• Menjaga kebersihan diri
 Mencuci tangan
 Perawatan perineal, vaginal
 Mandi teratur
 Sikat gigi
 Perawatan kuku
• Mencuci tangan
Tujuannya untuk melepaskan M.O yang dapat berpindah keorgan lain.
• Perawat sebaiknya mencuci tangan pada :
 Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
 Setelah kontak dengan barang yang terkontaminasi
 Sebelum dan sesudah melakukan perawatan sehari – hari
 Sebelum makan dan minum
 Sebelum menyiapkan obat
 Sebelum memegang alat steril

PEMBERSIHAN :
• Membersihkan alat – alat dari patogen dengan mencuci, menyabun dan mengeringkan
• Tahapannya :
 Cuci alat dengan air dingin
 Cuci dalam air panas dan sabun
 Sikat dengan sikat lembut pada pojok – pojok
 Bilas dengan air hangat
 Keringkan
 Desinfeksi atau sterilkan
• Desinfeksi dan sterilisasi
Desinfeksi adalah memberantas M.O tapi sporanya masih ada
Sterilisasi adalah membunuh M.O sampai sporanya.

• Beberapa cara sterilisasi dan disenfeksi
1. Udara panas dalam oven
untuk mensterilkan alat – alat gelas dan metal. Suhunya 180 C selama 2 jam
2. Steam dengan tekanan tinggi
Autoclave dengan tekanan 17 pound, S : 121 C waktu 30 menit
Untuk mensterilkan baju OP, kain tenun, alat – alat gelas
3. Radiasi dengan menggunakan sinar ultra violet
4. Gelombang ultrasonic diatas 20.000 cycles / detik
5. Metode kimia yaitu kerja zat kimia mempengaruhi metabolisme M.O atau menghancurkan molekul M.O
6. Pasteurisasi yaitu desinfektan susu
7. Gas etyline oxida yaitu sterilisasi alat – alat plastik dan karet Ch / sarung tangan.
8. Air mendidih

INFEKSI NOSOKOMIAL
• Infeksi yang didapat dari rumah sakit
 Lebih sukar untuk dicegah dan diobati
 Lebih sulit untuk dideteksi
 Lebih resisten terhadap pengobatan
• Penyebab:
1. Prosedur diagnostik dan terapeutik
2. Adanya ancaman M.O yang bersifat melawan di rumah sakit
3. Pemakaian antibiotika
Antibody menyerbu M.O normal karena tubuh tidak dapat melawan patogen dari luar
4. Perubahan diit dan aktifitas pasien
Perlunya teknik pengendalian dengan mencegah transmisi :
 Perawat ke perawat
 Pasien ke pasien
 Pasien ke pengunjung

TEKNIK ASEPTIK PENCEGAHAN
Adalah tindakan untuk menjaga M.O agar tidak berpindah keorang atau benda lain yang kontak dengan orang yang terinfeksi.
Yang termasuk teknik aseptic pencegahan :
• Mencuci tangan
• Memberi ruangan tersendiri
• Penggunaan masker untuk mencegah transmisi lewat udara
• Penggunaan sarung tangan yang dapat membantu melindungi dari M.O. sarung tangan yang disposable ( sekali pakai ) dapat digunakan jika terkena cairan infeksi ( pus )
• Peralatan yang kotor dapat dimasukkan dalam kantong dan diberi label sebelum dibawa keluar ruangan
• Penggunaan pralatan yang disposable untuk menegah transmisi M.O
• Peralatan yang terkontaminasi dimasukkan dalam kantong, diberi label lalu dihancurkan atau disterilisasikan
• Menggunakan jarum injeksi yang telah digunakan dimasukkan dalam tempat dan dilabel
• Peralatan tenun yang terkontaminasi
• Urinal dan pispot yang terkontaminasi didesinfeksi sebelum digunakan ke klien
• Saat perawat mengambil spesimen, pastikan bagian luar tidak terkontaminasi

SURGICAL ASEPSIS
Teknik steril : berisi
• Tindakan untuk menjaga barang – barang bebas dari M.O beserta sporanya
• Menjauhkan M.O dari lingkungan tertentu contohnya luka
Prinsip Surgical Asepsis
1. Benda steril akan terkontaminasi bila disentuh dengan benda steril juga
steril vs steril = steril
steril vs tidak steril = tidak steril
steril vs tidak jelas = tidak steril
2. Benda steril tidak boleh ditinggalkan tanpa diperhatikan sehingga dapat terkontaminasi, tidak boleh mengambil sesuatu melewati atasnya, sebaiknya lebih tinggi letaknya dari pergelangan tangan
3. Benda steril dapat terkontaminasi dengan udara, oleh karena itu lingkungan harus tetap dijaga dengan teknik steril
Untuk menjaga kontaminasi udara perawat memakai :
 Masker
 Tutup kepala
 Bicara seperlunya, jarak bicara dengan benda > 50 cm
4. Daerah steril yang lembab dapat terkontaminasi bila dibawahnya tidak steril sehingga harus menggunakan nampan steril
5. Korentang yang direndam dengan cairan steril, bila mengangkat jangan terbalik
6. Perhatikan tepi – tepi daerah steril kemungkinan terkontaminasi
7. Luka bernanah terkontaminasi, luka kering atau bersih, bersihkan sekali usap didaerah kering ke drain dan dari tengah ke tepi
8. Penting adanya kejujuran, kesadaran, kepercayaan dalam menjaga sterilitet sebab yang tahu bahwa terkontaminasi hanya yang melihat dan yang melakukan.

PENGKAJIAN SEBELUM SURGICAL ASEPSIS
• Kaji kembali :
 Apakah pasien perlu tahu tentang surgical asepsis
 Apakah tindakan itu harus dilakukan pada pasien
• Pendidikan pasien :
Pasien dapat membantu bagaimana menjaga teknik steril selama prosedur dilakukan, misal :
 Menghindari batuk, bersin dan bicara dekat dengan daerah steril
 Menghindari untuk menyentuh daerah / barang steril

Persiapan pasien
Perawat perlu mengkaji kebutuhan pasien, contoh :
• Pasien inkontanen, sebelum disuruh BAB atau BAK lalu dibersihkan dulu baru melakukan prosedur asepsis
• Pasien dengan infeksi nafas sehingga perlu memakai masker

Sabtu, 18 Juni 2011

ADAPTASI

DEFINISI

Adaptasi adalah penyesuaian diri terhadap suatu penilaian. Dalam hal ini respon individu terhadap suatu perubahan yang ada dilingkungan yang dapat mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis dalam perilaku adaptip. Hasil dari perilaku ini dapat berupa usaha untuk mempertahankan keseimbangan dari suatu keadaan agar dapat kembali pada keadaan normal, namun setiap orang akan berbeda dalam perilaku adaptip ada yang dapat berjalan dengan cepat namun ada pula yang memerlukan waktu lama tergantung dari kematangan mental orang itu tersebut.

DIMENSI ADAPTASI
A. Adaptasi fisiologis
Adaptasi fisiologis adalah proses penyesuaian diri secara alamiah atau secara fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan dalam berbagai faktor yang menimbulkan keadaan menjadi tidak seimbang contoh: masuknya kuman pennyakit ketubuh manusia.

 Komponen psikologi
Adaptasi secara psikologis dapat dibagi menjadi dua yaitu:
• LAS ( general adaptation syndroma) adalah apabila kejadiannya atau proses adaptasi bersifat lokal contoh: seperti ketika kulit terinfeksi maka akan terjadi disekitar kulit tersebut kemerahan, bengkak, nyeri, panas dll yang sifatnya lokal atau pada daerah sekitar yang terkena.

• GAS ( general adaptation syndroma) adalah apabila reaksi lokal tidak dapat diaktifitasi maka dapat menyebabkan gangguan dan secara sistemik tubuh akan melakukan proses penyesuaian diri seperti panas di seluruh tubuh, berkeringat dll

Pada adaptasi psikologi ada tiga tahap yaitu:
1. tahap alarm reaction adalah tahap awal dari proses adaptasi tahap ini di awali dengan keseimbangan dimana terjadi perubahan psikologis yaitu pengeluaran hormon oleh hipotalamus yang dapat dapat menyebabkan kelenjar adrenalin yang dapat meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan pernafasan menjadi lebih cepat dan dangkal kemudian hipotalamus juga dapat melepaskan hormon ACTH ( adrenol kortikotropik) yang dapat merangsang adrenal untuk mengeluarkan kortikosteroid yang akan mempengaruhi fungsi tubuh
2. tahap resistensi( stage of resistance) merupakan tahap kedua dimana tubuh akan melakukan proses penyesuaian dengan mengadakan berbagai perubahan dalam tubuh yang berusaha untuk mengatasi stressor yang ada seperti jantung bekerja lebih keras, untuk mendorong darah yang pekat untuk melewati arteri dan vena yang menyempit.
3. tahap terakhir ( stage of exhaustion) tahap ini dapat ditandai dengan adanya kelelahan, dan apabila selama proses adaptasi tidak mampu mengatasi stresor yang ada, maka dapat menyebar keseluruh tubuh efeknya dapat menyebabkan kematian tergantung stressor yang ada.

Indikator fisiologis stress:
 Kenaikan tekanan darah
 Peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung.
 Peningkatan denyut nadi dan frekwensi pernapasan
 Telapak tangan berkeringat Tangan dan kaki dingin
 Postur tubuh yang tidak tegap
 Keletihan
 Sakit kepala Gangguan lambung
 Suara yang bernada tinggi
 Mual,muntah dan diare.
 Perubahan nafsu makan
 Perubahan berat badan
 Perubahan frekwensi berkemih
 Dilatasi pupil
 Gelisah, kesulitan untuk tidur atau sering terbangun saat tidur

Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress :
• Ansietas
• Depresi
• Kepenatan
• Peningkatan penggunaan bahan kimia
• Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas
• Perasaan tidak adekuat
• Kehilangan harga diri
• Peningkatan kepekaan
• Kehilangan motivasi
.• Ledakan emosional dan menangis.
• Penurunan produktivitas dan kualitas kinerja pekerjaan.
• Kecenderungan untuk membuat kesalahan (mis. buruknya penilaian).
• Mudah lupa dan pikiran buntu
• Kehilangan perhatian terhadap hal-hal yang rinci.
• Preokupasi (mis. mimpi siang hari )
• Ketidakmampuan berkonsentrasi pada tugas.
• Peningkatan ketidakhadiran dan penyakit

 Komponen psikologis
Dalam proses adaptasi secara psikologis terhadap dua cara untuk mempertahankan diri yaitu dengan melakukan koping atau mekanisme pertahanan diri.

KOPING

1. pengertian
adalah proses yang dilalui oleh induvidu dalam melakukan situasi sressfull. Koping merupakan respon induvidu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik baikpun psikologik. Koping efektip menghasilkan adaptasi yang menetap yang membiasakan kebiasaan baru dan perbaikan dalam situasi yang lama, sedangkan koping yang tidak efektif berakhir dengan maladaftif yaitu perilaku yang menyimpang dan dapat merugikan diri sendiri orang lain maupun diri sendiri.
2. koping ada dua macam yaitu koping psikologis dan psikososial
• koping psikologis
pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat sress psikologis tergantung pada 2 faktor yaitu:
bagaimana persepsi atau penerimaan induvidu terhadaap stressor artinya seberapa berat ancaman yang dirasakan terhadap induvidu tersebut terhadap stressor yang di terimanya. Keefektifan starategi koping yang digunakan oleh induvidu.
• Koping psikososial
Adalah reaksi psikososial terhadap adanya stimulus stress yang di terima atau dihadapi oleh klien, menurut stuart dan sundeen (1991) terdapat 2 kategori koping yang bisa dilakukan untuk mengatasi stress dan kecemasan .
Reaksi yang berorientasi pada tugas( task oriented rection) cara ini digunakan untuk menyelesaikan masalah, dan memenuhi kebutuhan dasar, terhadap 3 macam reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu:

1. perilaku menyerang ( fight)
dalam rangka mempertahankan integritas diri maka induvidu akan mengadakan perlawanan perilaku yang di tampilkan dapat bersifat destruktif atau konstruktif.
 Destruktif yaitu tindakan agressif terhadap sasaran ( menyerang ) dapat merupakan benda , barang , orang dan bahkan dirinya sendiri, sedangkan sikap bermusuhan yang di tampilkakn berupa rasa benci , dendam dan marah yang memanjang.
 Konstruktif yaitu upaya induvidu dalam menyelesaikan masalah secara asertif, yaitu pengungkapan dengan kata-kata.
2. perilaku menarik diri(withdrawal)
adalah perilaku yang menunjukkan pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain misalnya melarikan diri, sedangkan reaksi ppsikologis induvidu menampilkan diri seperti apatis, pendiaman dan munculnya perasaan yang tidak berminat yang menetap pada induvidu.
3. kompromi
adalah tindakan konstruktif yang di lakukan individu dalam mennyelesaikan masalah.
 Reaksi yang beriorentasi pada ego.
Dalam menghadapi stress atau kecemasan individu sering memakai reaksi ini jika dilakukan hanya sesaat akan efektif tetapi jika dilakukan dalam waktu yang lama maka akan mengakibatkan gangguan orientasi realita, memburuknya hubungan interpersonal dan menurunnya produktifitas kerja. Koping ini bekerja tidak sadar sehingga penyelesaiannya sering sulit dan tidak realitas, berikut ini diuraikan beberapa mekanisme pertahanan diri yang bersumber dari ego.

Mekanisme Pertahanan diri Defenisi dan contoh
Kompensasi
Kelemahan yang ada pada dirinya ditutupi dengan meningkatkan kemapuan dibidang lain yang positif.

Denial
Perilaku yangh menolak relita yang terjadi pada dirinya atau tidak mau menerima kenyataan

Displacement
Upaya mengatsi masalah psikologis dengan melakukan pemindahan tingkah laku pada obyek lain

Desosiasi
Kehilangan kemampuan mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya

Identifikasi
Menyamakan dirinya dengan tokoh idola dengan meniru fikiran, penampilan perilaku atau kesukaanya

Intelektualisasi
Alasan atau logika yang berlebihan untuk menekan perasaan yang tidak menyenangkan contoh seorang eksekutif mudah yang di penjara bersama narapidana lain ia tetap mengatakan bahwa ia tidak sama dengan mereka

Interaksi
Perilaku dimana induvidu menyatukan nilai orang lain atau kelompok pada dirinya

Proyeksi
Keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahakn emosi pada orang lain karena kesalahan sendiri

Rasionalisasi
Memberikan alasan yang dapat di terima oleh akal dalam membenarkan kesalahan dirinya

Reaksi formasi
Pembentukan sikap kesadaran dan pola perilaku yang berlawanan dengan apa yang benar-benar di lakukjan dan dirasakan atau dilakukan oleh orang lain

Regresi
Menghindari stress dengan menampilkan perilaku kembali seperti pada masa anak-anak seperti bermain, tidur meringkuk

Represi
Menekan perasaan/ pengalaman yang mennyakitkan atau koflik atua ingatan dari kesadaran yan g cenderung

Spliting
memperkuat mekanisme ego lainnya
Kegagalan individu dalam mengintegrasikan dirinya dalam menilai baik-buruk seseorang dengan tidak kosisten

Supresi
Menekan perasaan/ pengalaman yang menyakitkan ke alam taksadar sampai ia melakukan peristiwa yang menyakitak itu

Undoing
Bertindak atau berkominasi yang sebagian diingkarinya sebagaimana yang pernah di komunikasikan sebelumya

Sublimasi
Penerimaan tujuan pengganti yang di terima secara sosial karena dorongna merupakan saluran normal dari ekspresi yang terhambat


Metode koping
Ada 2 metode koping yang digunakan oleh individu dalam mengatasi masalah psikologis seperti yang di temukan oleh bell( 1977)
Dua metode tersebut antara lain :
1. metode koping jangka panjang
cara ini adalah konstruktif dan merupakan cara yang efektif dan realitis dalam menangani masalah psikologis untuk kurun waktu yang lama contohnya adalah:
berbicar dengan orang lain ”curhat”
mencoba mencari lebih bannyak tentang masalah yang sedang di hadapi
melakukan latihan pisik untuk mengurangi ketegangan masalah
membuat berbagai anternatif tindakan untuk mengurangi situasi
mengambil pelajara dari peristiwa atau pengalaman masa lalu
2. metode koping jangka pendek
cara ini digunakan untuk mengurangi ketegangan psikologis tapi efektif bila di gunakn dalam jangka panjang. Contohnya adalah:
menggunakan alkohol atau obat-obatan
melamun dan berfantasi
menangis
banyak tidur
banyak merokok
beralih pad aktifitas lain agar dapat melupakan masalah dll
pada tingkat keluarga koping yang dilakukan dalam menghadapi masalah seperti yang di temukan oleh Mc cubbin (1979) adalah:
 mencari dukungan sosial seperti minta bantuuan keluarga, teman-teman
 mencari dukungan spritual, berdoa, menemui pemuka agama atau aktif pada pertemuan ibdah dll

C. Menajemen stress
Manajemen stress kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai aktivitas atau intervasi atau mengubah pertukaran rrespon terhadap penyakit. Fokusnya tergantung pada tujuan dari intervensi keperawatan berdasarkan keperluan pasien. Perawat bertanggung jawab pada implemenetasi pemikiran yang dikeluarkan pada beberapa daerah perawatan.

Cara Penyesuaian Diri
Bila seseorang mengalami stress maka segera ada usaha untuk mengatasinya. Hal ini dikenal sebagai Homeostasis yaitu usaha organisme yang terus menerus melakukan pertahanan agar keadaan keseimbangan selalu tercapai. Stress dapat terjadi pada bidang badaniah ( stress fisik atau somatik ).
Misalnya : bila terjadi infeksi atau penyakit, menggerakkan mekanisme penyesuaian somatik, terjadi reaksi :
Pembentukan zat anti kuman, zat anti racun
Mobilisasi leukosit ke tempat-tempat invasi kuman
Lebih banyak melepaskan kortisol, adrenalin dan sebagainya

D.Cara Adaptasi Pertahanan Ego (ego defense)
Ego (pribadi) merupakan inti kesatuan manusia, maka ancaman terhadap ego merupakan ancaman terhadap eksistensi manusia itu sendiri. Secara perlahan-lahan manusia telah belajar berbagai mekanisme pembelaan egonya bila menghadapi ancaman terhadap integritas pibadinya. Mekanisme ini penting karena dapat memperlunak kegagalan, menghilangkan kecemasan dan mempertahankan rasa layak atau harga diri. Sebenarnya cara ini normal, kecuali jika sudah berlebihan, karena bila berlebihan yang terjadi bukannya membantu, malah mengganggu integritas kepribadian kita. Seperti:
1. Fantasy : Keinginan yang tak tercapai lalu dikabulkan dalam imajinasinya. Seperti siswa yang dihina temannya tadi berkhayal mendapat nilai terbaik di sekolah dan mendapat penghargaan dari gurunya.
2. Denial (penyangkalan) : Tidak berani melihat dan mengakui kenyataan yang menakutkan. Misalnya seorang ibu yang memejamkan matanya ketika melihat anak kesayangannya disunat (khitan).
3. Rasionalisasi : Merasionalkan kenyataan yang sebenarnya salah. Misalkan seorang pejabat yang ketauan korupsi ketika ditanya alasannya korupsi malah menjawab “lha gimana saya bisa hidup dengan gaji seperti sekarang ini? ” ato “Istri dan anak saya sedang sakit, makanya saya butuh dana lebih.”
Jika orang menghadapi stress dengan dengan ego defense secara berlebihan akan terjadi gangguan, misalkan fantasi berlebihan akan menjadikan orang tersebut hidup dalam khayalan atau angan-angan tanpa usaha untuk mencapainya. Kondisi seperti ini sudah bisa disebut gangguan jiwa.

E. adaptasi perkembangan
adalah proses penyesuain yang berhubungan dengan konsep diri dan menyangkut persepsi diri dengan melibatkan aktifitas mental serta pengungkapan diri.
Konsep diri ada 5 yaitu:
• indentifitas diri, berhubungn dengan ciri-ciri diri yang dipersepsikan
• ideal diri adalah hal yang terkait dengan persepsi diri terhadap cita-cita, keinginan, harapan hidup yang dipersepsikan
• peran diri yaitu persepsi terhadap peran dirinya lingkungan sosial masyarakat
• gambaran diri yaitu hal yang terkait dengan persepsi dirinya
• terhadap keseluruhan bentuk pisik (tubuh) yang di persepsikan
• harga diri yaitu persepsi terhadap keberadaan nilai dirinya didalam lingkungan sosial

F. adaptasi sosial budaya
adalah cara untuk mengadakan perubahan dengan melakukan proses penyesuaian perilaku yang sesuai dengan normal yang berlaku di masyarakat.

G. adaptasi spritual
adalah proses penyesuaian diri dengan melakukan perubahan prilaku yang di dasarkan pada keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki sesuai dengan agama yang dianutnya, apabila mengalami sterss maka seseorang

Jumat, 17 Juni 2011

Konsep dasar ASMA

1. Definisi Asma
• suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara.
• Obstruksi jalan nafas bagian bawah yang tidak tetap disebabkan oleh penyempitan otot broncus, pengeluaran sekresi lendir dan edema mukosa.
• Peningkatan respon dan hiperaktif trakea dan percabangan otot-otot bronchiale yang disebabkan oleh bronkokonstriksi, peningkatan produksi mukos, inflamasi di mukosa, edema dan obstruksi jalan nafas (Nanci M. Holloway, 1988)

2. Anatomi Sistem Pernapasan
Saluran pernapasan bagian atas terdiri atas:
a. Lubang hidung (cavum nasalis)
• Hidung dibentuk oleh tulang sejati, kartilago dan jaringan ikat.
• Pada mukosa hidung terdapat epitelia bersilia yang mengandung sel goblet yang mengeluarkan lendir sehingga dapat menangkap benda asing yang masuk ke dalam saluran pernapasan.
• Di dalam hidung, terdapat reseptor bau yang terletak pada cribriform plate, di dalamnya terdapat ujung saraf kranial I (Nervous Olfactorius).
• Fungsi hidung sebagai pelindung dan penyaring dilakukan oleh vibrissa, lapisan lendir, dan enzim lizosim.
• Vibrissa adalah rambut pada vestibulum nasi yang bertugas sebagai penyaring debu dan kotoran.
b. Sinus paranasalis
Sinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang kepala dinamakan sesuai dengan tulang tempat dia berada yaitu sinus frontalis, sinus ethmoidalis, sinus sphenoidalis, dan sinus maxilarris. Sinus berfungsi untuk;
 Membantu menghangatkan dan humidifikasi
 Meringankan berat tulang tengkorak
 Mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonasi
c. Faring
 Faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong (13cm), letaknya bermula dari dasar tengkorak sampai persambungan esofagus.
 Faring digunakan pada saat menelan ’digestion’
 Berdasarkan letaknya, faring dibagi menjadi tiga yaitu naso faring, oro-faring dan laringo-faring.
d. Laring
 Laring sering disebut dengan voice box .
 Fungsi utama laring adalah untuk pembentukan suara, sebagai proteksi jalan napas bawah dari benda asing dan untuk memfasilitasi proses terjadinya batuk, laring terdiri atas:
1. epiglotis
2. glotis
3. kartilago tiroid
4. kartilago krikoid
5. kartilago aritenoid
6. pita suara
Saluran pernapasan bagian bawah (tracheobronchial tree) terdiri atas:
Saluran Udara Konduktif
a. Trakhea
b. Bronkus dan Bronkhiolus
Saluran Respirtorius Terminal
a. Alveoli
b. Paru-paru
c. Dada, diafragma, dan pleura
d. Sirkulasi pulmoner



Gambar 2.1
Sistem pernafasan manusia



Gambar 2.2
Perbedaan bronkus normal dan bronkus pada orang asma


3. Fisiologi Respirasi
Proses respirasi dapat dibagi menjadi tiga proses utama, yaitu:
a. Ventilasi pulmonal adalah proses keluar masuknya udara antara atmosfer dan alveoli paru-paru.
b. Difusi adalah proses pertukaran O2 dan CO2 antara alveoli dan darah.
c. Transportasi adalah proses beredarnya gas (O2 dan CO2) dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel-sel. Tes fungsi paru-paru yang menggunakan spirometer akan menghasilkan gambaran fungsi paru-paru seperti berikut:
1) Volume Alun Napas (Tidal Volume-TV)
Volume alun napas yaitu volume udara yang masuk dan keluar paru–paru pada pernapasan biasa dalam keadaan istirahat ( N = ± 500 ml )

2) Volume Cadangan Inspirasi (Inspiration Reserve Volume-IRV)
Yaitu volume udara yang masih dapat masuk ke dalam paru-paru pada inspirasi maksimal setelah inspirasi secara biasa. IRV pada laki-laki = ± 3300 ml, sedang pada perempuan sebesar ± 1900 ml.
3) Volume Cadangan Ekspirasi (Ekspirasi Reserve Volume-ERV)
Volume cadangan ekspirasi yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara aktif dari dalam paru-paru melalui kontraksi otot-otot ekspirasi stelah ekspirasi secara biasa (L = ± 1000 ml, P = 700 ml)
4) Volume Residu (Residu Volume-RV)
Yaitu udara yang masih tersisa dalam paru-paru setelah ekspirasi maksimal (L = 1200 ml, P = 1100 ml).
Jika TV, IRV, ERV, dan RV dijumlahkan akan diperoleh maksimum yang merupakan kapasitas maksimal paru-paru saat berkembang. Jika besar dua jenis volume atau lebih dijumlahkan dalam satu kesatuan, maka dinamakan kapasitas pulmonal.
5) Kapasitas Inspirasi (Inspiration Capacity-IC)
Yaitu jumlah udara yang dapat dimasukkan ke dalam paru-paru setelah akhir ekspirasi secara biasa (IC = IRV + TV) kapasitas tersebut menunjukkan banyaknya udara yang dapat dihirup setelah taraf ekspirasi secara biasa hingga pengembangan paru-paru secara maksimal.

6) Kapasitas Residu Fungsional (Fungsional Residual Capacity-FRC)
Yaitu jumlah udara di dalam paru-paru pada akhir ekspirasi secara biasa (FRC = ERV + RV). Kapasitas tersebut bermakna untuk mempertahankan kadar O2 da CO2 yang relatif stabil di alveoli selama proses inspirasi dan ekspirasi.
7) Kapasitas Vital (Vital Capacity-VC)
Yaitu volume udara maksimal yang dapat masuk dan keluar paru-paru selama satu siklus pernapasan yaitu setelah inspirasi maksimal dan ekspirasi maksimal. (VC = IRV + TV + ERV). Kapasitas tersebut bermakna untuk menggambarkan kemampuan pengembangan paru-paru dan dada.
8) Kapasitas Paru-Paru Total (Total Lung Capacity-TLC)
Yaitu jumlah udara maksimal yang masih dapat berada pada paru-paru (TLC = VC + RV). TLC normal pada laki-laki adalah 6000 ml dan pada perempuan 4200 ml.

4. Klasifikasi Asma
Asma dibagi menjadi tiga kategori
a. Asma Alergika (ekstrinsik)
- Didapatkan pada sebagian kecil pasien
- Penyebab allergen / pencetus
 Asap
 Bulu binatang
 Tepung sari
 Penicilin
b. Asma Intrinsik (Idiopatik)
- Sering timbul pada usia 40 tahun
- Faktor penyebab tidak jelas, seperti:
• Latihan fisik
• Emosi
• Infeksi sinus / cabang bronchial
• Perubahan suhu
• Bau yang menusuk
c. Asma Campuran
- Bentuk asma yang menyerang kebanyakan pasien
- Terdiri dari komponen asma ekstrinsik dan instrinsik
- Pada anak-anak asma ekstrinsik dapat sembuh sempurna
- Pasien penderita asma instrinsik dapat menjadi asma campuran
5. Etiologi
• Zat allergen (debu, bulu hewan, serbuk, asap)
• Infeksi respiratorik (virus / bakteri)
• Perubahan suhu udara (panas, dingin, kabut)
• Latihan / aktifitas berlebihan
• Alergi obat / makanan
• Faktor psikogenik (stress emosional)
• Faktor herediter dan riwayat keluarga
6. Patofisiologi
Pada penderita asma, penyempitan saluran pernafasan merupakan respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan mempengaruhi saluran pernafasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga.
Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan dan pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara (disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas.
Sel-sel tertentu di dalam saluran udara (terutama sel mast) diduga bertanggung jawab terhadap awal mula terjadinya penyempitan ini. Sel mast di sepanjang bronki melepaskan bahan seperti histamin dan leukotrien yang menyebabkan terjadinya kontraksi otot polos, peningkatan pembentukan lendir dan perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki. Sel mast mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka kenal sebagai benda asing (alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di dalam rumah atau bulu binatang. Tetapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi yang sama terjadi jika orang tersebut melakukan olah raga atau berada dalam cuaca dingin. Stres dan kecemasan juga bisa memicu dilepaskannya histamin dan leukotrien.

7. Tanda dan Gejala
 serangan tiba-tiba yang diawali dengan batuk-batuk dan sesak nafas.
 wheezing
 ekspirasi lebih panjang
 kontraksi otot-otot bantu pernapasan
 hypoksemia dan sianosis
 diaphoresis
 tachycardia
 keletihan

8. Test Diagnostik
a. Test AGD (Analisa Gas Darah)
- PO2 ↓ PCO2 ↓ (Hiperventilasai)
- PO2 ↓ PCO2 N (Peningkatan kelelahan)
- PO2 ↓ ( < 50 mm Hg). PCO2 ↑ (Hiperventilasi + kelelahan)
b. Biakan Sputum
Ditemukan organisme gram yang mencemari eosinofil → jika penyebabnya allergen (primer).
c. Pemeriksaan darah lengkap
- Ditemukan peningkatan nilai leukosit dan peningkatan cosinofil bila terjadi alergi.
d. Foto Thorax
Ditemukan infiltrat bila penyebabnya infeksi.
e. Spirometri
Menilai derajat obstruksi pada asma, kapasitas vital mungkin belum menurun, tapi bila serangan asma makin berat VC akan turun karena sebagian udara yang harus dikeluarkan terjebak dalam paru-paru.

9. Managemen Medik
Terdapat 5 kategori pengobatan yang digunakan dalam mengobati asma.
a. Agonis Beta (agen B-adrenergik) adalah:
o Medikasi awal yang digunakan dalam mengobati asma
o Mendilatasi otot-otot polos bronchial
o Meningkatkan gerakan siliaris
o Menurunkan mediator kimiawi anafilaktin
o Menguatkan efek bronkodilatasi dari kortikosteroid seperti: epinefrin, metaproterenol, albuterol, isoproterenol, isoetharine, terbutalin diberikan secara parental atau inhalasi. Jalur inhalasi adalah jalur pilihan karena mempengaruhi bronkiolus secara langsung dan efek samping lebih sedikit.

b. Metilsantin
 Mempunyai efek bronkodilatasi
 Merilekskan otot-otot polos bronchus
 M ↑ gerakan mucus dalam jalan nafas
 M ↑ kontraksi diafragma seperti aminofilin (IV), teofilin (oral)
 Tidak digunakan dalam serangan akut karena prosesnya lebih lambat dari agonis beta
 Obat tidak boleh diberikan terlalu cepat (iv) dapat terjadi takikardia (disritmia jantung)
 Faktor yang dapat mengganggu metabolisme metilsantin yaitu: merokok, gagal jantung, kontrasepsi, simetidin, eritromisin
c. Kortikosteroid
 Penting dalam pengobatan asma
 Mengurangi inflamasi + bronkokonstriktor
 Obat-obatan:
- hidrokortison (iv)
- prednisone, prednisolon (oral)
- Beklometason, deksametason (inhalasi)
d. Antikolinergik
 Efek bronkodilator yang sangat baik dengan efek samping sistemik minimal
 Tidak digunakan secara rutin
 Contoh: atropin
e. Inhibitor Sel Mast
• Mencegah pelepasan mediator kimiawi anafilaktik
• Mengakibatkan bronkodilatasi dan penurunan inflamasi jalan nafas
• Natrium kromolin sangat baik diberikan antar serangan atau sementara asma
Terapi lain
- O2 intermitent (control AGD)
- Infus (mencegah dehidrasi)
- Antibiotika bila ada tanda infeksi

10. Komplikasi
a. Gagal nafas
b. Atelektasis
c. Pnemothorax
d. Fraktur costae
e. Dysritmia jantung
f. Hipoksemia



11. Pencegahan
Serangan asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari. Serangan yang dipicu oleh olah raga bisa dihindari dengan meminum obat sebelum melakukan olah raga.

Konsep Dasar BRONCHOPNEUMONIA

1. Definisi Bronchopneumonia
• Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996).
• Bronchopneumina adalah frekwensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G. Bare, 1993).
• Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing (Sylvia Anderson, 1994).
• Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda asing.

2. Anatomi Sistem Pernapasan
Saluran pernapasan bagian atas terdiri atas:
a. Lubang hidung (cavum nasalis)
• Hidung dibentuk oleh tulang sejati, kartilago dan jaringan ikat.
• Pada mukosa hidung terdapat epitelia bersilia yang mengandung sel goblet yang mengeluarkan lendir sehingga dapat menangkap benda asing yang masuk ke dalam saluran pernapasan.
• Di dalam hidung, terdapat reseptor bau yang terletak pada cribriform plate, di dalamnya terdapat ujung saraf kranial I (Nervous Olfactorius).
• Fungsi hidung sebagai pelindung dan penyaring dilakukan oleh vibrin, lapisan lendir, dan enzim lizosim.
• Vibrin adalah rambut pada vestibulum nasi yang bertugas sebagai penyaring debu dan kotoran.

b. Sinus paranasalis
Sinus paranasalis merupakan daerah yg terbuka pada tulang kepala dinamakan sesuai dengan tulang tempat dia berada yaitu sinus frontalis, sinus ethmoidalis, sinus sphenoidalis, dan sinus maxilarris. Sinus berfungsi untuk;
 Membantu menghangatkan dan humidifikasi
 Meringankan berat tulang tengkorak
 Mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonasi

c. Faring
Faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong (13cm) yang letaknya bermula dari dasar tenkorak sampai persambungan esofagus.
Faring digunakan pada saat menelan ’digestion’
Berdasarkan letaknya, faring dibagi menjadi tiga yaitu naso faring, oro-faring, dan laringo-faring

d. Laring
Laring sering disebut dengan voice box .
Fungsi utama laring adalah untuk pembentukan suara, sebagai proteksi jalan napas bawah dari benda asing dan untuk memfasilitasi proses terjadinya batuk, laring terdiri atas:
1. epiglotis
2. glotis
3. kartilago tiroid
4. kartilago krikoid
5. kartilago aritenoid
6. pita suara
Saluran pernapasan bagian bawah (tracheobronchial tree) terdiri atas:
Saluran Udara Konduktif
a. Trakhea
b. Bronkus dan Bronkhiolus
Saluran Respirtorius Terminal
a. Alveoli
b. Paru-paru
c. Dada, Diafragma, dan Pleura
d. Sirkulasi Pulmoner









3. Fisiologi Respirasi
Proses respirasi dapat dibagi menjadi tiga proses utama, yaitu:
a. Ventilasi pulmonal adalah proses keluar masuknya udara antara atmosfer dan alveoli paru-paru.
b. Difusi adalah proses pertukaran O2 dan CO2 antara alveoli dan darah.
c. Transportasi adalah proses beredarnya gas (O2 dan CO2) dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel-sel.
Tes fungsi paru-paru yang menggunakan spirometer akan menghasilkan gambaran fungsi parp-paru seperti berikut:

1) Volume Alun Napas (Tidal Volume-TV)
Volume alun napas yaitu volume udara yang masuk dan keluar paru – paru pada pernapasan biasa dalam keadaan istirahat ( N = ± 500 ml )
2) Volume Cadangan Inspirasi (Inspiration Reserve Volume-IRV)
Yaitu volume udara yang masih dapat masuk ke dalam paru - paru pada inspirasi maksimal setelah inspirasi secara biasa .IRV pada laki – laki = ± 3300 ml, sedang pada perempuan sebesar ± 1900 ml.

3) Volume Cadangan Ekspirasi (Ekspirasi Reserve Volume-ERV)
Volume cadangan ekspirasi yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara aktif dari dalam paru – paru melalui kontraksi otot-otot ekspirasi stelah ekspirasi secara biasa (L = ± 1000 ml,P = 700 ml)

4) Volume Residu (Residu Volume-RV)
Yaitu udara yang masih tersisa dalam paru-aru setelah ekspirasi maksimal (L = 1200 ml,P = 1100 ml).
Jika TV,IRV,ERV,dan RV dijumlahkan akan diperoleh maksimumyang merupakan kapasitas maksimal paru-paru saat berkembang .Jika besar dua jenis volume atau lebih dijumlahkan dalam satu kesatuan, maka dinamakan kapasitas pulmonal.

5) Kapasitas Inspirasi (Inspiration Capacity-IC)
Yaitu jumlah udara yang dapat dimasukkan ke dalam paru-paru setelah akhir ekspirasi secara biasa (IC = IRV + IV) kapasitas tersebut menunjukkan banyaknya udara yang dapat dihirup setelah taraf ekspirasi secara biasa hingga pengembangan paru-paru secara maksimal.

6) Kapasitas Residu Fungsional (Fungsional Residual Capacity-FRC)
Yaitu jumlah udara di dalam paru-paru pada akhir ekspirasi secara biasa (FRC = ERV + RV). Kapasitas tersebut bermakna untuk mempertahankan kadar O2 da CO2 yang relatif stabil di alveoli selama proses inspirasi dan ekspirasi.



7) Kapasitas Vital (Vital Capacity-VC)
Yaitu volume udara maksimal yang dapat masuk dan keluar paru-paru selama satu siklus pernapasan yaitu setelah inspirasi maksimal dan ekspirasi maksimal. (VC = IRV + TV + ERV). Kapasitas tersebut bermakna untuk menggambarkan kemampuan pengembangan paru-paru dan dada.

8) Kapasitas Pau-Paru Total (Total Lung Capacity-TLC)
Yaitu jumlah udara maksimal yang masih dapat berada pada paru-paru (TLC = VC + RV). TLC normal pada laki-laki adalah 6000 ml dan pada perempuan 4200 ml.












PATOFLOW DIAGRAM
Jaringan Bronchus

Etiologi

Perubahan kapiler pembuluh darah meningkat


Gangguan aliran O2 dan CO2 Edema Mukosa

Hipoksia Mukus Meningkat

Penurunan Pembentukan Bersihan jalan napas

Intoleransi Aktifitas Saluran napas terbendung

Apneu






4. EPIDEMIOLOGI
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak dibawah umur 2 tahun.

5. Klasifikasi Bronchopneumonia
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi.
Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema ( tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru ) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas. Secara singkat patofisiologi dapat digambarkan pada skema proses.

6. Etiologi
 Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah :
a. Faktor Infeksi
I. Pada neonatus : Streptokokus grup B, Respiratory Sincytial Virus (RSV).
II. Pada bayi :
• Virus : Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV, Cytomegalovirus.
• Organisme atipikal : Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.
• Bakteri : Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza, Mycobacterium tuberculosa, B. pertusis
3. Pada anak-anak :
 Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSP
 Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia
 Bakteri : Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosa.
4. Pada anak besar – dewasa muda :
 Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis
 Bakteri : Pneumokokus, B. Pertusis, M. tuberculosis.
b. Faktor Non Infeksi.
1. Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi :
 Bronkopneumonia hidrokarbon :
2. Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde lambung ( zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin).

 Broncopnuemoni lipoid
3. Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme menelan seperti palatoskizis,pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya seperti susu dan minyak ikan.
Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya Bronkopneumonia. Menurut sistem imun pada penderita-penderita penyakit yang berat seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit ini

7. Patofisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema ( tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru ) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas. Secara singkat patofisiologi dapat digambarkan pada skema proses.

8. Tanda dan Gejala
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-400C dan mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut.
Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
a. Inspeksi : pernapasan cuping hidung(+), sianosis sekitar hidung dan mulut, retraksi sela iga.
b. Palpasi : Stem fremitus yang meningkat pada sisi yang sakit.
c. Perkusi : Sonor memendek sampai beda
d. Auskultasi : Suara pernafasan mengeras ( vesikuler mengeras )disertai ronki basah gelembung halus sampai sedang
Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada luasnya daerah yang terkena.Pada perkusi toraks sering tidak dijumpai adanya kelainan. Pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah gelembung halus sampai sedang.
Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu ( konfluens ) mungkin pada perkusi terdengar suara yang meredup dan suara pernafasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi ronki dapat terdengar lagi. Tanpa pengobatan biasanya proses penyembuhan dapat terjadi antara 2-3 minggu.

9. PATOGENESIS
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi penyakit.

Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara, antara lain :
o Inhalasi langsung dari udara
Aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring
Perluasan langsung dari tempat-tempat lain
o Penyebaran secara hematogen
Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk mencegah infeksi yang terdiri dari :
a. Susunan anatomis rongga hidung
b. Jaringan limfoid di nasofaring
c. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret lain yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut.
d. Refleks batuk.
e. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi.
f. Drainase sistem limfatis dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.
g. Fagositosis aksi limfosit dan respon imunohumoral terutama dari IgA.
h. Sekresi enzim – enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang bekerja sebagai antimikroba yang non spesifik
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan sekitarnya.



Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu :
A. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen.
Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.

B. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
C. Stadium III ( 3 – 8 hari).
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
D. Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.

10. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 – 40.000/ mm¬¬¬3 dengan pergeseran ke kiri. Jumlah leukosit yang tidak meningkat berhubungan dengan infeksi virus atau mycoplasma.
2. Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun.
3. Peningkatan LED.
4. Kultur dahak dapat positif pada 20 – 50% penderita yang tidak diobati. Selain kultur dahak , biakan juga dapat diambil dengan cara hapusan tenggorok (throat swab).
5. Analisa gas darah( AGDA ) menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia. Pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis metabolik.

11. MANAGEMEN MEDIK
Penatalaksanaan bronkopneumonia tergantung pada penyebab yang sesuai dengan hasil dari pemeriksaan sputum,yang mencakup:
Anak dengan sesak nafas, memerlukan cairan IV dan oksigen (1-2/menit)
Cairan sesuai dengan berat badan, kenaikan suhu dan status dehidrasi
Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek diberikan pengobatan polifarmasi seperti penisilin ditambah dengan kloramfenikol atau diberi antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampicilin.

12. KOMPLIKASI
Otitis media
Bronkiektase
Abses paru
Empiema

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan EPILEPSI

B. Konsep Dasar Penyakit Epilepsi
1. Definisi.
Epilepsi bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan manifestasi klinik daripada lepasnya mutan listrik yang berlebihan dari sel-sel neuron di otak yang ditandai oleh serangan yang datang berulang-ulang. Epilepi berasal dari kata “epilambanain” yang berarti serangan.
Epilepsi merupakan suatu gangguan neurologik yang relatif sering terjadi. Epilepsi merupakan suatu gangguan fungsional kronik dan banyak jenisnya dan ditandai oleh aktifitas serangan yang berulang-ulang. Serangan kejang yang merupakan gejala atau manifestasi utama epilepsi dapat diakibatkan kelainan fungsional (motorik, sensorik, psikis).
Serangan tersebut tidak lama, tidak terkontrol serta timbul secara episodik. Serangan ini menggangu kelangsungan kegiatan yang sedang dikerjakan pasien pada saat itu. Serangan ini berkaitan dengan pengeluaran infuls oleh neuron serebral yang berlebihan dan berlangsung lokal. Istilah epilepsi sering digunakan secara bergantian. Epilepsi oleh Hipokrates diidentifikasi sebagai masalah yang ada kaitannya dengan otak. Epilepsi dapat menyerang segala kelompok usia.

2. Anatomi Fisiologi Otak
Otak manusia adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar 1.350cc dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron. Otak manusia bertanggung jawab terhadap pengaturan seluruh badan dan pemikiran manusia. Oleh karena itu terdapat kaitan erat antara otak dan pemikiran. Otak dan sel saraf didalamnya dipercayai dapat mempengaruhi kognisi manusia. Pengetahuan mengenai otak mempengaruhi perkembangan psikologi kognitif.







Otak Depan
Bagian yang paling menonjol dari otak depan adalah otak depan (serebrum), yang terdapat di bagian otak depan. Otak besar terdiri dari dua belahan, yaitu belahan kiri dan kanan. Setiap belahan mengatur dan melayani tubuh yang berlawanan, yaitu belahan kiri mengatur dan melayani tubuh bagain kanan, sebaliknya belahan kanan mengatur dan melayani tubuh bagian kiri Jika otak belahan kiri mengalami gangguan maka tubuh bagian kananakan mengalami gangguan, bahkan kelumpuhan. Tiap-tiap belahan otak besar yang disebutkan di atas dibagi menjadi empat lobus yhaitu frontal, pariental, okspital, dan temporal. Antara frontal dan lobus pariental dipishkan oleh sulkus sentralis atau 'celah Rolando.
Otak depan tersusun atas dua lapisan yaitu, lapisan luar (korteks) dan lapisan dalam.
1. Lapisan luar
Lapisan luar merupakan lapisan tipis bewarna abu-abu. Lapisan ini berisi badan sel saraf. Permukaan lapisan korteks berlipat-lipat, sehingga permukaanya menjadi lebih luas. Lapisan korteks terdapat berbagai macam pusat saraf.
2. Lapisan dalam
Lapisan dalam merupakan lapisan yang bewarna putih. Lapisan dalam banyak mengandung serabut saraf, yaitu dendrit dan neurit
Otak depan merupakan pusat saraf utama, karena memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengaturan semua aktivitas tubuh, khususnya berkaitan dengan kepandaian (inteligensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan. Seacara terperinci, aktivitas tersebut dikendalikan pada daerah yang berbeda. Di depan celah tengah (sulkus sentralis) terdapat daerah motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar. Bagian paling bawah pada korteks motor tersebut mempunyai hubungan dengan kemampuan bicara. Daerah anterior pada lobus frontalis berhubungan dengan kemampuan berpikir. Di belakang (posterior) sulkus entralis merupakan daerah sensori. Pada daerah ini berbagai sifat perasaan dirasakan kemudian ditafsirkan. Daerah pendengaran (auditori) terletak mpada lobus temporal. Di daerah ini, kesan atau suara diterima dan diinterpretasikan. Daerah visual (penglihatan) terletak pada ujung lobus oksipital yang menerima bayangan dan selanjutnya bayangan itu ditafsirkan. Adapun pusat pengecapan dan pembau terletak di lobus temporal bagian ujung anterior.
Area di otak depan yang juga penting adalah hipotalamus dan talamus. Hipotalamus merupakan daerah kecil yang terletak di dasar otak depan dan memiliki berat beberapa miligram. Hipotalamus berberan sebagai pusat pengatur homeostasis tubuh, misalnya berkaitan dengan pengaturan suhu tubuh, rasa haus, rasa lapar dan kenyang, pengeluaran urin, pengaturan pengeluaran hormon dari kelenjar pituitari bagian anterior dan posterior, serta perilaku reproduktif. Talamus terletak di sebelah atas hipotalamus, berperan sebagai stasiun relay untuk informasi sensori yang dikirim ke otak besar. Jasi, talamus akan menyeleksi dan menyalurkan implus-implus sensori yang penting menuju ke otak besar
Otak Tengah
Otak tengah (diensefalon) manusia cukup kecil dan tidak menyolok, terletak di depan otak kecil dan jembatan Varol (plus Varolii). Bagian terbesar dari otak tengah pada sebagian besar Vertebrata adalah lobus optikus yang ukrannya berbeda-beda. Pada mamalia (termasuk manusia) terdapat korpora kuadrigemina (sebgai lokus optikus pada Vertebrata tingkatan rendah) yang berfungsi membantu koordinasi gerak mata, ukuran pupil mata (melebar/menyempit), dan refleks pendengaran tertentu. Selain itu, otak tengah mengandung pusat-pusat yang mengendalikan keseimbangan dan serabut saraf yang menghubungkan bagian otak belakang dengan bagian otak depan, juga antara otak depan dan mata. Otak tengah merupakan baguan atas batang otak. Semua berkas serabut saraf yang membawa informasi sensori sebelum memasuki talamus akan melewati otak tengah
Otak belakang
otak belakang meliputi jembatan Varol (pons Varoli), sumsum lanjutan (medula oblongata), dan otak kecil (serebelum). Ketiga bagian ini membentuk batang otak.
1. Jembata varol (pons Varoli)
Jembatan Varol berisi serabut saraf yang menghubungkan lobus kiri dan kanan otak kecil, serta menghubungkan otak kecil dengan konteks otak besar.
2. Sum sum lanjutan (medula oblongata)
Sumsum lanjutan atau medula oblongata membentuk bagian bawah batang otak serta menghubungkan pons Varoli dengan sumsum tulang belakang (medula spinalis). Sumsum lanjutan berperan sebagai pusat pengatur pernapasan dengan cara meneruskan implus saraf yang merangsang otot antara tulang rusuk dan diafragma. Selain itu juga berperan sebgai pusat pengatur refleks fisiologi, seperti detak jantung, tekanan udara, suhu tubuh, pelebaran atau penyempitan pembuluh darah, gerak alat pencernaan, dan sekrresi kelenjar pencernaan. Fungsi lainnya ialah mengatur gerak refleks, seperti batuk, bersin, dan berkedip
Di antara sumsum lanjutan terdapat talamus yang terdiri atas dua tonjolan. Peranan talamus ini sebagai tempat meneruskan implus ke daerah sensori pada korteks otak besar untuk disatukan. Selain itu, talamus memiliki hubungan ke berbagai bagian otak sehiingga merupakan tempat lalu lintas implus di antara bagian-bagian otak dan srebrum.
Di sebelah anterior talamus terdapat hipotalamus yang berperan mengatur fungsi organ dalam (visceral). Hipotalamus mengatur bermacam-macam fungsi, seperti suhu tubuh, tidur, minum (rasa haus), emosi (marah, senang, gusar), serta perilaku reproduktif. Selain itu, hipotalamus juga merupakan tempat neurosekresi yang mempengaruhi pengeluaran hormon pada hipofisis.
Otak Kecil
Otak kecil (serebelum) merupakan bagian terbesar otak belakang. Otak kecil ini terletak di bawa lobus oksipital serebrum. Otak kecil terdiri atas dua belahan dan permukaanya berlekuk-lekuk. Fungsi otak kecil adalah untuk mengatur sikap atau posisi tubuh, keseimbangan, dan koordinasi gerkan otot yang terjadi secara sadar. Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak mampu memasukkan kanan ke dalam mulutnya.

Perkembangan Otak Manusia
Pranatal
Tahapan perkembangan otak manusia mirip dengan vertebrata lainnya. Dimulai sesaat setelah konsepsi terjadi blastosis yaitu pembagian sel yang sangat cepat. Dalam hitungan hari blastosis terbagi menjadi tiga struktur lapisan yang disebut sebagai keping embrionik (the embryonic disk). Setiap lapisan kemudian akan berubah menjadi sistem organik utama yaitu :
1. Lapisan endoderm
Disebut juga sebagai lapisan dalam. Lapisan ini akan berubah menjadi serangkaian organ dalam seperti organ pencernaan, pernafasan dan lain-lain.
2. Lapisan mesoderm
Disebut juga sebagai lapisan tengah. Lapisan ini akan berubah menjadi struktur kerangka dan otot.
3. Lapisan ectoderm
Disebut juga sebagai lapisan luar. Lapisan ini berubah menjadi permukaan kulit, rambut, sistem saraf, termasuk organ persepsi atau indera.
Setelah ini berkembanglah sistem saraf pada otak dengan cara neurulation yaitu saat ectoderm melipat tubuhnya untuk membentuk tabung saraf (neural tube). Tabung saraf kemudian berdiferensiasi kembali menjadi subdivisi otak depan, otak tengah dan sumsum tulang belakang (korda spinal).
Postnatal
Terdapat perubahan ukuran dan kerumitan dari kebanyakan pohon-dendrit sel saraf. Perkembangan struktur otak setelah kelahiran (postnatal) dapat dibagi menjadi dua proses yaitu:
1. Protomap dimana perbedaan area kortikal terjadi pada awal pembentukan korteks dan disebabkan oleh faktor intrinsik, dimana aktivitas neuron tidak diperlukan.
2. Protocortex dimana perbedaan area korteks terjadi kemudian pada perkemangan korteks dan tergantung pada faktor ekstrinsik seperti input atau masukan dari bagian lain otak maupun sistem penginderaan, oleh karenanya aktivitas neuron diperlukan. Pada orang dewasa pembagian area korteks dipengaruhi oleh informasi dari talamus dan interaksi dengan area lain di otak melalui hubungan inter-regional[2]
3. Etiologi
Etiologi dari Epilepsi adalah:
- Kelainan bawaan pada otak.
- Cedera otak pada waktu lahir
- Radang otak (encepalitis)
- Trauma kapitis gangguan peredaran darah otak
- Tumor otak
- Sebagian kasus tidak ditemukan penyebabnya (epilepsy idiopatik)

4. Patofisiologi








Mekanisme terjadinya serangan epilepsi ialah :
- Adanya focus yang bersifat hipersensitif (focus epilesi) dan timbulnya keadaan depolarisasi parsial di jaringan otak
- Meningkatnya permeabilitas membran.
- Meningkatnya senstitif terhadap asetilkolin, L-glutamate dan GABA (Neuro Transmitter Inhibisi)
Fokus epilepsy dapat menjalar ke tempat lain dengan lepasnya muatan listrik sehingga terjadi ekstasi, perubahan medan listrik dan penurunan ambang rangasang yang kemudian menimbulkan letupan listrik masal.
Bila focus tidak menjalar kesekitarnya atau hanya menjalar sampai jarak tertentu atau tidak melibatkan seluruh otak, maka akan terjadi bangkitan epilepsy fokal (parsial).


5. Klasifikasi Epilepsi
1. Berdasarkan penyebabnya dapat dibagi :
a. Epilepsi idiopatik : bila tidak di ketahui penyebabnya.
b. Epilepsi simtomatik : bila ada penyebabnya
2. Berdasarkan letak focus epilepsy atau tipe bangkitan:
Menurut klasifikasi Internasional Bangkitan Epilepsi (1981):
a. Bangkitan parsial atau fokal (partial seizure)
b. Bangkitan parsial sederhana (simple Partial)
- Motorik
- Sensorik
- Otonom
- Psikis
c. Bangkitan partial komplek (disertai gangguan kesadaran)
d. Bangkitan parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum
e. Bangkitan umum (Konvulsif atau non. Lonvulsif)
- Bangkitan Lena (absences) atau petit mal
- Bangkitan tonik-tonik atau Grand Mal
- Bagkitan mioklonik
- Bangkitan klonik
- Bangkitan tonik
- Bangkitan anatomic
f. Bangkitan yang tidak terklarifikasi


6. Manajemen Epilepsi :
1. Pastikan diagnosa epilepsy dan mengadakan explorasi etiologi dari epilepsy
2. Melakukan terapi simtomatik
3. Dalam memberikan terapi anti epilepsy yang perlu diingat sasaran pengobatan yang dicapai, yakni:
- pengobatan harus di berikan sampai penderita bebas serangan.
- Pengobatan hendaknya tidak mengganggu fungsi susunan syaraf pusat yang normal.
- Penderita dapat memiliki kualitas hidup yang optimal.
Tipe Serangan Epilepsi :
1. Grand Mall
Serangan Tiba-tiba klien jatuh sambil teriak, pernafasan sejenak berhenti, seluruh tubuh menjadi kaku. Kemudian muncul gerakan tonik klonik. Gerakan tonik ini sangat kuat sehingga tulang dapat patah dapat patah dan lidah dapai
Sebelum terjadi serangan gran mall klien dapat memperlihatkan gejala-gejala prodromal yaitu irritabilitas (cepat marah/tersinggung), pusing, sakit kepala, atau bersikap defresip.
2. Petit Mal
Serangan yang berupa kehilangan kesadaran sejenak, biasanya serangan ini timbul pada anak-anak yang berumur 4-8 tahun. Pada waktu kesadaran hilang untulk beberapa detik, tonus otot tidak hilang sehingga klien tidak jatuh. Lamanya serangan anatara 5-10 detik. Kedua mata menatap secara hampa ke depan atau berputar keatas sambil melepaskan benda yang di pegangnya atau berhenti berbicara dan setelah sadar klien lupa apa yang sudah terjadi. Serangan petit mal akan berhenti seterusnya bila klien berumur 20 tahun atau menjelang 30 tahun. Tetapi ada kemungkinan petit mal dapat berkembang menjadi grand mal pada usia 20 tahun.
3. Mio klonik
- Muncul gerakan involunter sekelompok otot skeletal yang timbul secara tiba-tiba
- Biasanya merupakan manfestasi bermacam-macam kelainan neurologik (degeneratif ponto cerebeler, meilitis) atau non neurologik (Urema, hepatic failure).
- Biasanya tidak ada kehilangan kesadaran.
4. Klonik
- serangan epileptic yang bangkit akibat lepas muatan listrik di daerah korteks serebri.
- Motorik : gerakan involunter salah satu anggota gerak, wajah, rahang bawah, pita suara (vokalisasi) dan kolumna vertebralis
- Sensorik : merasa nyeri, panas dingin, parestesia daerah kulit setempa, skotoma tinnitus, mencium bau barang busuk, mengecap rasa logam, invertigo, mual, muntah, perut mules atau afasia.
 Autonom : Mual, muntah, dan hiperdosis setempat
 Halusinasi
 Ilusi Yang disebut De Javu
 Pearasaan curiga yaitu perasaan seolah-pikirannya memaksa sesuatu.
 Automatismus
5. Status Epileptikus
Yaitu serangan epilepsy yang terjadi berulang-ulang dan sering serangan ini pada umumnya tonik-klonik dan merupakan keadaan gawat darurat yang harus segera ditangani karena dapat berakibat kerusakan otak permanent. Penyebabnya adalah : peningkatan suhu yang tinggi, obat epileptic yang dihentikan, atau penyebab lain yaitu gangguan metabolic.
Obat yang dipakai untuk epilepsi yang dapat diberikan pada semua bentuk kejang :
- Fenobarbital, dosis 3-8 mg/kg BB/hari.
- Diazepam, dosis 0,2 -0,5 mg/Kg BB/hari.
- Diamox (asetazolamid); 10-90 mg/Kg BB/hari.
- Dilantin (Difenilhidantoin), dosis 5-10 mg/Kg BB/hari.
- Mysolin (Primidion), dosis 12-25 mg /Kg BB/hari.
Bila menderita spasme infantil diberikan :
- Prednison dosisnya 2-3 mg/Kg BB/hari.
- Dexametasone, dosis 0,2-0,3 mg/Kg BB/hari.- Adrenokortikotropin, dosis 2-4 mg/Kg BB/hari.



Keperawatan :
Masalah pasien yang perlu diperhatikan adalah resiko terjadinya bahaya akibat bangkitan epilepsi, gangguan rasa aman dan nyaman, resiko terjadi gangguan psikososial , kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit
Hal yang tak boleh dilakukan selama mendapat serangan:
 Meletakkan benda di mulutnya. Jika korban mungkin menggigit lidahnya selama serangan mendadak, menyisipkan benda di mulutnya kemungkinan tak banyak membantu. Anda malah mungkin tergigit, atau parahnya, tangan Anda malah mematahkan gigi si korban.
 Mencoba membaringkan anak. Orang, bahkan anak-anak, secara ajaib memiliki kekuatan otot yang luar biasa selama mendapat serangan mendadak. Mencoba membaringkan si anak ke lantai bukan hal mudah dan tidak baik juga.
 Berupaya menyadarkan si korban dengan bantuan pernapasan mulut ke mulut selama dia mendapat serangan mendadak, kecuali serangan itu berakhir. Jika serangan berakhir, segera berikan alat bantu pernapasan dari mulut ke mulut jika si anak tak bernapas





7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.
Pemeriksaan laboratorium:
Pemeriksaan darah rutin, darah tepi dan lainnya sesuai indikasi misalnya kadar gula darah, elektrolit. Pemeriksaan cairan serebrospinalis (bila perlu) untuk mengetahui tekanan, warna, kejernihan, perdarahan, jumlah sel, hitung jenis sel, kadar protein, gula NaCl dan pemeriksaan lain atas indikasi.
Pemeriksaan EEG :
Pemeriksaan EEG sangat berguna untuk diagnosis epilepsi. Ada kelainan berupa epilepsiform discharge atau epileptiform activity), misalnya spike sharp wave, spike and wave dan sebagainya. Rekaman EEG dapat menentukan fokus serta jenis epilepsi apakah fokal, multifokal, kortikal atau subkortikal dan sebagainya. Harus dilakukan secara berkala (kira-kira 8-12 % pasien epilepsi mempunyai rekaman EEG yang normal).
Pemeriksaan radiologis :
 Foto tengkorak untuk mengetahui kelainan tulang tengkorak, destruksi tulang, kalsifikasi intrakranium yang abnormal, tanda peninggian TIK seperti pelebaran sutura, erosi sela tursika dan sebagainya.
 Pneumoensefalografi dan ventrikulografi untuk melihat gambaran ventrikel, sisterna, rongga sub arachnoid serta gambaran otak.
 Arteriografi untuk mengetahui pembuluh darah di otak : anomali pembuluh darah otak, penyumbatan, neoplasma / hematome/ abses.

8. KOMPLIKASI.
 Kerusakan otak akibat hypoksia dan retardasi mental dapat timbul akibat kejang berulang.
 Dapat timbul depresi dan keadaan cemas.

C. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Aktivitas / Istirahat
 Gejala : Keletihan, kelemahan umum.
 Keterbatasan dalam aktivitas / bekerja yang ditimbulkan oleh diri sendiri / orang terdekat .
 Tanda : Perubahan tonus / kekuatan otot.
 Gerakan involunter / kontraksi otot ataupun sekelompok otot.
Sirkulasi
 Gejala : Iktal : Hypertensi, peningkatan nadi, sianosis.
 Postiktal : Tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan pernafasan.
Integritas Ego
 Gejala : Stressor eksternal / internal yang berhubungan dengan keadaan dan / atau penanganan.
 Peka rangsang; perasaan tidak ada harapan / tidak berdaya. Perubahan dalam berhubungan.
 Tanda : Pelebaran rentang respons emosional.
Eliminasi
 Gejala : Inkontinensia episodik.
 Tanda : Iktal : peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus sfingter.
 Postiktal : otot relaksasi yang mengakibatkan inkontinensia (baik urine / fekal).
Makanan / Cairan
 Gejala : Sensitivitas terhadap makanan, mual / muntah yang berhubungan dengan aktivitas kejang.
 Tanda : Kerusakan jaringan lunak / gigi (cedera selama kejang).
 Hyperplasia gingival (efek samping pemakaian Dilantin jangka panjang).
Neurosensori
 Gejala : Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pingsan, pusing. Riwayat trauma kepala, anoksia dan infeksi serebral.
 Adanya aura (rangsangan visual, auditorius, area halusinogenik).
 Postiktal : kelemahan, nyeri otot, area parestese / paralisis.
 Tanda : Karakteristik kejang :
 Kejang umum.
 Kejang parsial (kompleks).
 Kejang parsial (sederhana).

Nyeri / Kenyamanan
 Gejala : Sakit kepala, nyeri otot / punggung pada periode postiktal.
 Nyeri abnormal paroksismal selama fase iktal.
 Tanda : Sikap / tingkah laku yang berhati-hati.
 Perubahan tonus otot.
 Tingkah laku gelisah / distraksi.
Pernafasan
 Gejala : Fase iktal : gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun / cepat; peningkatan sekresi mukus.
 Fase postiktal : apnea.
Keamanan
 Gejala : Riwayat terjatuh / trauma, fraktur.
 Adanya alergi.
 Tanda : Trauma pada jaringan lunak / ekimosis.
 Penurunan kekuatan / tonus otot secara menyeluruh.
Interaksi Sosial
 Gejala : Masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga atau lingkungan sosialnya.
 Pembatasan / penghindaran terhadap kontak sosial.
Penyuluhan / Pembelajaran
 Gejala : Adanya riwayat epilepsi pada keluarga. Penggunaan / ketergantungan obat (termasuk alkohol).

2. PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Mencegah / mengendalikan aktivitas kejang.
2. Melindungi pasien dari cedera.
3. Mempertahankan jalan nafas.
4. Meningkatkan harga diri yang positif.
5. Memberikan informasi tentang proses penyakit, prognosis, dan kebutuhan penanganannya.