I. DEFINISI
Kwashiorkor berarti “anak terlantar” yaitu anak yang tidak lagi disusui.
• Kwashiorkor adalah defisiensi protein dengan ketidak adekuatan masukan kalori.
• Kwashiorkor adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein baik dari segi kualitas dan kuantitas.
• Kwashiorkor adalah suatu sindroma klinik yang timbul akibat adanya kekurangan protein yang parah dan pemasukan kalori yang kurang dari yang dibutuhkan.
Kwashiorkor paling seringnya pada usia antara 1 – 4 tahun, namun dapat pula terjadi pada bayi. Kwashiorkor yang mungkin terjadi pada orang dewasa adalah sebagai komplikasi dari parasit atau infeksi lain.
Banyak hal yang menjadi penyebab kwashiorkor, namun faktor paling mayor adalah menyusui, yaitu ketika ASI digantikan asupan yang tidak adekuat atau tidak seimbang. Setelah usia 1 tahun atau lebih, kwashiorkor dapat muncul bahkan ketika kekurangan bahan pangan bukanlah menjadi masalahnya, tetapi kebiasaan adaptasi atau ketidaktahuan (kekurangan edukasi) yang menyebabkan penyimpangan keseimbangan nutrisi yang baik.
Penyakit ini banyak terjadi pada anak dari golongan penduduk yang berpanghasilan rendah. Ini dapat dimengerti karena protein yang bermutu baik, terutama pada bahan makanan yang berasal dari hewan seperti protein, susu, keju, telur, daging dan ikan. Bahan makanan tersebut cukup mahal, sehingga tidak terjangkau oleh mereka yang berpenghasilan rendah.
Akan tetapi faktor ekonomi bukan merupakan satu-satunya penyebab penyakit ini.
Ada berbagai protein nabati yang bernilai cukup baik, misalnya kacang kedelai, kacang hijau dan sebagainya, akan tetapi karena tidak diketahui dan tidak disadari, bahan makanan tersebut tidak digunakan sebagaimana mestinya. Pengetahuan yang kurang tentang nilai bahan makanan, cara pemeliharaan anak, disamping merupakan faktor tambahan dari timbulnya penyakit kwashiorkor.
Keadaan hygiene yang buruk, sehingga mereka mudah dihinggapi infeksi dan timbulnya diare, mempercepat keadaan ini.
II. ETIOLOGI
I. Kurangnya masukan protein.
II. Diare anak.
III. Malabsorpsi protein.
IV. Infeksi.
V. Luka bakar/ Pendarahan.
VI. Kegagalan melakukan sintetis protein.
VII. Proteinuria.
VIII. Faktor sosial, ekonomi, budaya.
III. PATOFISIOLOGI
Pada kwashiorkor yang klasik, terjadi edema dan perlemakan hati yang disebabkan gangguan metabolik dan perubahan sel. Kelainan ini merupakan gejala yang menyolok. Pada penderita defisiensi protein, tidak terjadi metabolisme jaringan yang berlebihan, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori yang cukup dalam dietnya. Namun, kekurangan dalam dietnya akan menimbulkan kekurangan berbagai asam amino esensial yang dibutuhkan oleh untuk sintetis.
Oleh karena dalam diet terdapat cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam seru yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke otot. Berkurangnya asam amino dalam serum merupakan penyebabnya kurang pembentukan albumin oleh hepar, sehingga kemudian timbul edama.
Perlemakan hati disebabkan gangguan pembentukan lipoprotein beta hingga transportasi lemak dari hati kedepot lemak juga terganggu dan akibatnya terjadi akumulasi lemak dalam hepar.
IV. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi lanjut yang berkembang dapat berupa pertumbuhan yang tidak memadai, kurangnya stamina, hilangnya jaringan otot, menjadi lebih banyak peka terhadap serangan infeksi dan edema. Napsu makan berkurang jaringan bawah kulit mengendor dan lembek serta ketegangan otot menghilang.
Pembesaran hati dapat terjadi secara dini atau kalau sudah lanjut, infiltrasi lemak lazim ditemukan. Edema biasanya terjadi secara dini, kegagalan mencapai penambahan BB ini dapat terselubungi oleh edema yang terjadi, yang kerap kali telah terdapat pada organ-organ dalam, sebelum ia dapat terlihat pada muka dan anggota gerak.
1. Wujud Umum
Secara umumnya penderita kwashiorkor tampak pucat, atropi pada ekstremitas, adanya edema pedis dan pretibial serta asites. Muka penderita ada tanda moonface dari akibat terjadinya edema. Pada tahap lanjut anak menjadi apatis, sopor, atau koma.
2. Redardasi Pertumbuhan
Gejala penting ialah pertumbuhan yang terganggu, selain berat badan, tinggi badan juga kurang dibanding dengan anak sehat. Penurunan BB ini tidak mencolok atau mungkin tersamar bila dijumpai edama anasarka.
3. Perubahan Mental
Biasanya penderita cengeng, hilang napsu makan dan rewel. Pada stadium lanjut biasa terjadi apatis. Kesadarannya juga menurun, dan anak menjadi pasif.
4. Edema
Pada sebagian besar kasus menunjukkan adanya edema, baik derajat ringan ataupun berat. Edema ini muncul dini, pertama kali terjadi pada alat vital, kemudian muka, lengan, tungkai, rongga tubuh, dan pada stadium lanjut mungkin diseluruh tubuh ( edema anasarka )
5. Kelainan Rambut
Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (textur), maupun warnanya. Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala yang mudah tercabut tanpa rasa sakit. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan tampak kusam, halus, kering, jarang dan berubah warna menjadi putih. Pada anak-anak yang berambut gelap dapat terlihat jalur-jalur rambut yang berwarna merah atau abu-abu. Sering bulu mata menjadi panjang.
6. Kelainan Kulit
Kulit penderita biasanya kering dan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih mendalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit. Pada sebagian besar penderita ditemukan perubahan kulit yang khas untuk penyakit kwashiorkor, yaitu crazy pavement dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih atau merah muda dengan tepi hitam ditemukan pada bagian tubuh yang serng mendapat tekanan. Terutama bila tekanan itu terus-menerus dan disertai kelembaban oleh keringat, seperti pada bokong, fosa poplitea, lutut, paha, lipat paha, dan sebagainya. Perubahan kulit demikian dimulai dengan bercak-bercak kecil merah yang dalam waktu singkat bertambah dan berpadu untuk menjadi hitam. Pada suatu saat mengelupas dan memperlihatkan bagian-bagian yang baik mengandung pigmen, dibatasi oleh tepi yang masih hitam oleh hiperpigmentasi. Dermatitis juga lazim ditemukan, penggelapan kulit terjadi pada tempat-tempat yang mengalami iritasi, namun tidak pada daerah-daerah yang terkena sinar matahari.
7. Kelainan Gigi dan Tulang
Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan deklasifikasi, osteoporosis, dan hambatan pertumbuhan, jaringan otot mengecil dengan tonusnya yang menurun, jaringan subkutan tipis dan lembek. Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita.
8. Kelainan Hati
Pada biobsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi hati yang hampir semua sela hati mengandung vakuol lemak kasar. Sering juga tanda, nekrosisi, dan infiltrasi sel mononukleus. Perlemakan hati terjadi akibat defisiensi faktor liprotopik.
9. Kelainan Darah dan Sum-sum Tulang
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor. Bila disertai penyakit lain, terutama infestasi parasit (ankilostomiasis, amobiasi) maka dapat dijumpaI anemia berat. Anemia juga terjadi disebabkan kurangnya nutrient yang penting untuk pembentukan darah seperti Ferum, vitamin B komplek (B12, Folat, B6). Kelainan dari pembentukan darah dari hipoplasia atau aplasia sum-sum tulang disebabkan defisiensi protein dan infeksi menahun. Defisiensi protein juga dapat menyebabkan gangguan pembentukan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya terjadi defek imunitas selular dan gangguan sistem komplimen.
10. Kelainan Pankreas dan Kelenjar lain
Di Pankreas dan kebanyak kelenjar lain seperti parotis, lakrimal, saliva dan usus halus terjadi perlemakan.
11. Kelainan Jantung
Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung disebabkan hipokalemi dan hipernatremia.
12. Kelainan Gastrointestinal
Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting. Anoreksia kadang-kadang demikian hebatnya, sehingga pemberian makanan ditolak dan makanan hanya dapat diberikan sonde lambung. Diare terdapat pada sebagian besar penderita.
Hal ini terjadi karena 3 masalah utama yaitu :
Berupa infeksi atau infeksi usus.
Intoleransi laktosa, yang disebabkan defisiensi laktase.
Malabsorpsi lemak, yang terjadi akibat defisiensi garam empedu, konjugasi hati, defisiensi lipase pankreas, dan atrofi filli mukosa usus halus.
13. Jaringan Otot
Otot-ototnya tampak lemah dan atrofi, tetapi sesekali dapat ditemukan lemak dibawah kulit yang berlebihan.
14. Anak mudah terjangkit infeksi akibat defisiensi imunologik, penyakit campak pada anak kwashiorkor dapat menjadi serius dan berakibat fatal. Penyakit ini sering bernanifestasi sebagai diare, bronkopneumonia, faringotonsilitis, atau tuberculosis
15. Penyakit kwashiorkor sering disertai oleh defisiensi vitamin A, riboflamin (stomatitis angularis), anemia defisiensi besi,dan anemia megaloblastik
V. PENYAKIT PENYERTA KWASHIORKOR
I. Defisiensi vitamin A
II. Tuberculosis paru
III. Broncho Pneumonia
IV. Askariasis
VI. KOMPLIKASI KWASHIORKOR
1. Diare
2. Anemia
3. Gangguan tumbuh kembang
4. Hipokalemia
5. Hipernatremia
6. Shock
7. Koma
8. Cacat
VII. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
1. Pemeriksaan Fisik
2. Inspeksi : Dapat kita lihat fisik penderita secara umum seperti yang telah dijelaskan diatas antara lain edema dan kurus, pucat, moonface, kelainan kulit misalnya hiperpikmentasi.
3. Palpasi : Ditemukan Heoatomegali
4. Uji Toleransi Glukosa
5. Pemeriksaan air kemih
6. Biopsi Hati
7. Pemeriksaan creatinin, nitrogen, albumin, elektrolit, Hb, Mt
8. Pemeriksaan Tinja
VIII. DATA LABORATORIK
1. Penurunan konsentrasi albumin dalam serum
2. Keton uria
3. Kadar glukosa daerah rendah
4. Kreatinin menurun
5. Kadar asam amino esensial dalam plasma menurun
6. Kurangnya kalium dan magnesium
7. Kadar kolesterol serum rendah
8. Kadar amylase, esterase, kolinasterase, transaminase, lipase dan alkali fostase menurun
9. Anemia
IX. DIAGNOSA BANDING
Diagnosa banding untuk sindroma kwashiorkor, antara lain adalah :
1. Defisiensi asam lemak bebas dan karboksilase multiple
2. Sindroma imuno defisiensi
3. Histiositosis sel langerhans
X. KOMPLIKASI
1. Shock
2. Koma
3. Cacat permanent
XI. PENATALAKSANAAN
1. Diet tinggi kalori, protein, cairan, vitamin dan mineral.
2. Makanan yang dihidangkan dalam bentuk mudah dicerna dan diserap.
3. Memberikan makanan secara bertahap.
4. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
5. Penanganan diare.
6. Pemantauan kesehatan penderita dan penyuluhan gizi untuk keluarga.
XII. PENGOBATAN
1. Dietik
Makanan TKTP : 1 setengah x kebutuhan normal
Kebutuhan normal : 0 – 3 tahun 150 – 175 kal/kg/hari, diberikan bertahap
Minggu I : Fase stabilitasi ( 75 % - 80 % kebutuhan normal)
Protein : 1 – 15 gram/kg/BB/hari
Minggu II : Fase transisi (150 % dari kebutuhan normal) Protein 2 – 3 gram/kgBB/hari
Minggu III : Fase rehabilitasi (150 – 200% kebutuhan normal)
Protein : 4 – 6 gram/kgBB/hari
2. Penambahan suplementasi Vitamin
Vitamin A => 1 Tahun : 200.000 SI (1 kali dalam 6 bulan)
Vitamin D + B kompleks + C
3. Mineral
Jumlah cairan : 130 – 200 ml/kg/BB/hari (per oral / NGT)
Kalau edema dikurangi
Porseikecil tapi sering
XIII. PROGNOSIS
Penanganan yang cepat dan tepat pada kasus khusus gizi seperti kwashiorkor, umumnya dapat memberikan prognosis yang cukup baik. Penanganan pada stadium yang lanjut, walaupun dapat meningkatkan kesehatan anaksecaran umum, namun ada kemungkinannya untuk memperoleh gangguan fisik permanent dan gangguan intelektual. Sedangkan bila penanganannya terlambat atau tidak memperoleh penanganan sama sekali, dapat berakibat fatal.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Aktifitas
Tanda : Penurunan otot, ekstermitas kusus, otot flaksid, penurunan toleransi aktifitas, jaringan sub kutan tipis dan lembek, cengeng.
2. Sirkulasi
Tanda : Takikardia, bradikardia.
Diaforosis, sianosis.
3. Eliminasi
Gejala : Diare atau konstipasi : flatulen berkenaan dengan masukan makanan
Tanda : Distensi abdomen, ansites, nyeri tekan, fases encer, berlemak atau warna seperti tanah liat
4. Makanan / cairan
Gejala :
- Penurunan berat badan, tinggi badan
- Masalah menelan mengunyah, tersedak atau produksi saliva
- Anorexia, mual, muntah, ketidak adekuatan masukan oral
- Pemberian ASI ( lamanya
Tanda :
- Penyimpangan berat badan aktual mungkin terjadi karena terjadinya edema, asites, organomegali, anasarka
- Pertumbuhan gigi / ompong
- Bising usus menurun, hiperaktif atau tidak ada.
- Lidah lembut, pucat, kotor.
- Bibir kering, pecah, kemerahan, bengkak, stomatitis
- Gusi bengkak / berdarah, carries.
- Membran mukosa kering, pucat, merah, bengkak
5. Neuro sensori
Tanda : Letargi, apatis, gelisah, peka rangsang, disorientasi, koma.
Reflek gagal/menelan mungkin menurun
6. Pernafasan
Tanda :
- Penurunan fungsi pernafasan / peningkatan fungsi pernafasan
- Dipnea, peningkatan produksi sputum.
- Bunyi nafas : Krekers ( defisiensi protein akibat perpindahan cairan ).
7. Keamanan
Gejala : Adanya program terapi
Tanda : Rambut mungkin rapuh, berstruktur kasar dan kaku, serta mudah dicabut.
8. Penyuluhan / Pembelajaran.
Gejala : Riwayat kondisi yang menyebabkan kehilangan protein, peningkatan diare.
Kurang pengetahuan nutrisi, keterbatasan sumber finansial / fasilitas dapar menurun.
9. Sosio Ekonomi
- Pekerjaan orang tua : Keuangan / pendapatan.
- Faktor-faktor lingkungan rumah, pekerjaan dan rekreasi.
- Kelas sosial
II. DIAGNOSA
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak adekuatnya intake nutrisi.
2. Kurangnya volume cairan dan konstipasi b.d intake cairan yang tidak adekuat.
3. Gangguan integritas kulit b.d tidak adekuatnya kandungan makanan yang cukup
4. Resiko tinggi gangguan respon imun skunder ( infeksi ) b.d malnutrisi.
5. Kurang pengetahuan b.d ketidaktahuan intake nutrisi yang adekuat.
III. INTERVENSI
Dx 1 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake nutrisi
Tujuan : Kebutuhan nutrisi adekuat
Kriteria hasil : Nafsu makan baik
Berat badan meningkat
Klien menghabiskan porsi makannya
Klien idak lemas
Rencana Tindakan :
1. Kaji antropometri
R / Menentukan berat badan, osteometri dan resiko berat berlemak, kurus.
2. Kaji pola makan klien.
R / untuk mengetahui kebiasaan makan klien.
3. Berikan intake makan tinggi potein, kalori, mineral, dan vitamin.
R / untuk mempertahankan berat badan, kebutuhan memenuhi metabolic dan meningkatkan penyembuhan
4. Berikan makanan selingan yang tinggi protein dan kalori
R / Membantu mencegah irigasi gastar dan meningkatkan pemesukan dan proses penyembuhan.
5. Timbang berat badan
R / Untuk membentuk diet dan ke efektifan terapi.
6. Tingkat pemberian ASI dengan pemasukan nutrisi yang adekuat pada ibu
R / Pemberian ASI yang adekuat mempengaruhi kebutuhan nutrisi si anak dan pemasukan nutrisi pada ibu dapat meningkatkan produksi ASI si ibu.
Kolaborasi :
7. Kolaborasi dengan ahli gizi
R / Berguna dalam merencanakan masukan nutrisi dan cairan.
8. Berikan makanan enteral / perenteral bila diindikasikan.
R / Dapat diberikan pada kelemahan / tidak toleran pada masukan peroral
Dx II : Kurangnya volume cairan berhubungan dengan intakwe cairan yang tidak adekuat
Tujuan : Kebutuhan cairan adekuat
Kriteria hasil :
- Membran mukosa lembab
- Kulit tidak kering
- Tekstur kulit elastis
- TTV dalam batas normal
- Haluaran urine adekuat
Rencana tindakan :
1. Berikan cairan yang adekuat sesuai dengan kondisi.
R / Peningkatan masukan cairan meminimalkan terjadinya dehidrasi.
2. Ukur intake dan output
R / Memberikan informasi tentang status keseimbangan cairan
3. Auskultasi bising usus.
R / Kembalinya fungsi usus menunjukkan bekerjanya usus / aperistaltik dan penurunan absorsi air dan diare
4. Kaji terjadinya kulit kering, membran mukosa kering dan pengisian kapiler.
R / Menunjukkan kehilangan cairan berlebih
5. Pantau Tanda-tanda vital
R / Hipotensia, takikarda, demam dapat menunjukkan respon / efek kehilangan cairan.
6. Pantau adanya edema.
R / Edema dapat terjadi karena perpindahan cairan dan berkenaan dengan penurunan kadar albunim serum / protein.
Kolaborasi :
7. Kolaborasikan untuk adanya pemberian cairan parental.
R / Mempertahankan keseimbangan cairan elektrolit
8. Berikan anti diare sesuai indikasi
R / Rapat menurunkan kehilangan cairan yang berlebih karena diare
Dx III : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tidak adekuatnya kandungan makanan yang cukup.
Tujuan : Intregitas kulit utuh
Kriteria Hasil :
- Kulit lembab
- Kulit utuh
- Kulit tampah bersih
- Kulit tidak bersisik
- Tanda-tanda radang (-)
Rencana tindakan :
1. Kaji keutuhan kulit
R / Deteksi dini dapat meminimalkan terjadinya kerusakan kulit.
2. Berikan krim kulit
R / Dapat melembabkan dan melindungi permukaan kulit.
3. Ganti segera pakaian yang lembab atau basah.
R / Kelembaban meningkatkan resiko gangguan kulit.
4. Lakukan kebersihan kulit.
R / Kulit yang bersih meminimalkan terjadinya kerusakan kulit.
5. Hindari penggunaan sabun yang dapat mengiritasi kulit.
R / Sabun dapat mengeringkan kulit secara berlebihan dan meningkatkan iritasi.
Dx IV : Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan kandungan nutrisi yang adekuat.
Tujuan : Pengetahuan orang tua dan klien bertambah.
Kriteria Hasil :
- Anak berpartisipasi dalam proses pengobatan.
- Orang tua mengetahui jenis makanan yang banyak mengandung protein, kalori, vitamin dan mineral
- Anak/keluarga mengetahui manfaat masing-masing kandungan makanan
Rencana Tindakan :
1. Ajarkan orng tua dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.
R / Peningkatan pengetahuan akan pentingnya makanan nutrisi yang adekuat untuk kesehatan.
2. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat,
R / -Meningkatkan penyembuhan dan menurunkan resiko infeksi.
-Memberikan kesempatan untuk mengobservasi pemulihan.
3. Jelaskan kondisi yang terkait dalam malnutrisi.
R / Pemahaman tentang malnutrisi meningkatkan kewaspadaan terjadinya malnutrisi dan memahami kebutuhan terapi khusus.
4. Anjurkan ibu untuk meningkatkan nutrisi yang adekuat.
R / Masukan nutrisi dapat meningkatkan produksi ASI untuk memenuhi kebutuhan nutrisi si anak.
Dx V : Resiko tinggi gangguan respon imun sekunder / infeksi berhubungan dengan malnutrisi
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil : - Tidak demam dan menggigil .
- Suhu tubuh antara 36,5 - 37,5 0C
- Tanda-tanda radang (-)
Rencana Tindakan :
1. Kaji tanda-tanda infeksi
R / Identifikasi dini dapat meminimalkan resiko lebih lanjut
2. Ukur suhu tubuh klien.
R / Peningkatan suhu tubuh mengidentifikasikan terjadinya infeksi
3. Lakukan teknik pencucian tangan yang benar.
R / Mencegah penyebaran bakteri, kontaminasi silang.
4. Berikan vitamin sesuai indikasi.
R / Meningkatkan daya tahan tubuh.
IV. EVALUASI
1. Masukan nutrisi adekuat.
2. Masukan cairan terpenuhi.
3. Pengetahuan orang tua dan anak bertambah .
4. Komplikasi tidak terjadi
5. Berat badan anak bertambah.
6. Tidak terjadi infeksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar