Jumat, 17 Juni 2011

Konsep dasar ASMA

1. Definisi Asma
• suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara.
• Obstruksi jalan nafas bagian bawah yang tidak tetap disebabkan oleh penyempitan otot broncus, pengeluaran sekresi lendir dan edema mukosa.
• Peningkatan respon dan hiperaktif trakea dan percabangan otot-otot bronchiale yang disebabkan oleh bronkokonstriksi, peningkatan produksi mukos, inflamasi di mukosa, edema dan obstruksi jalan nafas (Nanci M. Holloway, 1988)

2. Anatomi Sistem Pernapasan
Saluran pernapasan bagian atas terdiri atas:
a. Lubang hidung (cavum nasalis)
• Hidung dibentuk oleh tulang sejati, kartilago dan jaringan ikat.
• Pada mukosa hidung terdapat epitelia bersilia yang mengandung sel goblet yang mengeluarkan lendir sehingga dapat menangkap benda asing yang masuk ke dalam saluran pernapasan.
• Di dalam hidung, terdapat reseptor bau yang terletak pada cribriform plate, di dalamnya terdapat ujung saraf kranial I (Nervous Olfactorius).
• Fungsi hidung sebagai pelindung dan penyaring dilakukan oleh vibrissa, lapisan lendir, dan enzim lizosim.
• Vibrissa adalah rambut pada vestibulum nasi yang bertugas sebagai penyaring debu dan kotoran.
b. Sinus paranasalis
Sinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang kepala dinamakan sesuai dengan tulang tempat dia berada yaitu sinus frontalis, sinus ethmoidalis, sinus sphenoidalis, dan sinus maxilarris. Sinus berfungsi untuk;
 Membantu menghangatkan dan humidifikasi
 Meringankan berat tulang tengkorak
 Mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonasi
c. Faring
 Faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong (13cm), letaknya bermula dari dasar tengkorak sampai persambungan esofagus.
 Faring digunakan pada saat menelan ’digestion’
 Berdasarkan letaknya, faring dibagi menjadi tiga yaitu naso faring, oro-faring dan laringo-faring.
d. Laring
 Laring sering disebut dengan voice box .
 Fungsi utama laring adalah untuk pembentukan suara, sebagai proteksi jalan napas bawah dari benda asing dan untuk memfasilitasi proses terjadinya batuk, laring terdiri atas:
1. epiglotis
2. glotis
3. kartilago tiroid
4. kartilago krikoid
5. kartilago aritenoid
6. pita suara
Saluran pernapasan bagian bawah (tracheobronchial tree) terdiri atas:
Saluran Udara Konduktif
a. Trakhea
b. Bronkus dan Bronkhiolus
Saluran Respirtorius Terminal
a. Alveoli
b. Paru-paru
c. Dada, diafragma, dan pleura
d. Sirkulasi pulmoner



Gambar 2.1
Sistem pernafasan manusia



Gambar 2.2
Perbedaan bronkus normal dan bronkus pada orang asma


3. Fisiologi Respirasi
Proses respirasi dapat dibagi menjadi tiga proses utama, yaitu:
a. Ventilasi pulmonal adalah proses keluar masuknya udara antara atmosfer dan alveoli paru-paru.
b. Difusi adalah proses pertukaran O2 dan CO2 antara alveoli dan darah.
c. Transportasi adalah proses beredarnya gas (O2 dan CO2) dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel-sel. Tes fungsi paru-paru yang menggunakan spirometer akan menghasilkan gambaran fungsi paru-paru seperti berikut:
1) Volume Alun Napas (Tidal Volume-TV)
Volume alun napas yaitu volume udara yang masuk dan keluar paru–paru pada pernapasan biasa dalam keadaan istirahat ( N = ± 500 ml )

2) Volume Cadangan Inspirasi (Inspiration Reserve Volume-IRV)
Yaitu volume udara yang masih dapat masuk ke dalam paru-paru pada inspirasi maksimal setelah inspirasi secara biasa. IRV pada laki-laki = ± 3300 ml, sedang pada perempuan sebesar ± 1900 ml.
3) Volume Cadangan Ekspirasi (Ekspirasi Reserve Volume-ERV)
Volume cadangan ekspirasi yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara aktif dari dalam paru-paru melalui kontraksi otot-otot ekspirasi stelah ekspirasi secara biasa (L = ± 1000 ml, P = 700 ml)
4) Volume Residu (Residu Volume-RV)
Yaitu udara yang masih tersisa dalam paru-paru setelah ekspirasi maksimal (L = 1200 ml, P = 1100 ml).
Jika TV, IRV, ERV, dan RV dijumlahkan akan diperoleh maksimum yang merupakan kapasitas maksimal paru-paru saat berkembang. Jika besar dua jenis volume atau lebih dijumlahkan dalam satu kesatuan, maka dinamakan kapasitas pulmonal.
5) Kapasitas Inspirasi (Inspiration Capacity-IC)
Yaitu jumlah udara yang dapat dimasukkan ke dalam paru-paru setelah akhir ekspirasi secara biasa (IC = IRV + TV) kapasitas tersebut menunjukkan banyaknya udara yang dapat dihirup setelah taraf ekspirasi secara biasa hingga pengembangan paru-paru secara maksimal.

6) Kapasitas Residu Fungsional (Fungsional Residual Capacity-FRC)
Yaitu jumlah udara di dalam paru-paru pada akhir ekspirasi secara biasa (FRC = ERV + RV). Kapasitas tersebut bermakna untuk mempertahankan kadar O2 da CO2 yang relatif stabil di alveoli selama proses inspirasi dan ekspirasi.
7) Kapasitas Vital (Vital Capacity-VC)
Yaitu volume udara maksimal yang dapat masuk dan keluar paru-paru selama satu siklus pernapasan yaitu setelah inspirasi maksimal dan ekspirasi maksimal. (VC = IRV + TV + ERV). Kapasitas tersebut bermakna untuk menggambarkan kemampuan pengembangan paru-paru dan dada.
8) Kapasitas Paru-Paru Total (Total Lung Capacity-TLC)
Yaitu jumlah udara maksimal yang masih dapat berada pada paru-paru (TLC = VC + RV). TLC normal pada laki-laki adalah 6000 ml dan pada perempuan 4200 ml.

4. Klasifikasi Asma
Asma dibagi menjadi tiga kategori
a. Asma Alergika (ekstrinsik)
- Didapatkan pada sebagian kecil pasien
- Penyebab allergen / pencetus
 Asap
 Bulu binatang
 Tepung sari
 Penicilin
b. Asma Intrinsik (Idiopatik)
- Sering timbul pada usia 40 tahun
- Faktor penyebab tidak jelas, seperti:
• Latihan fisik
• Emosi
• Infeksi sinus / cabang bronchial
• Perubahan suhu
• Bau yang menusuk
c. Asma Campuran
- Bentuk asma yang menyerang kebanyakan pasien
- Terdiri dari komponen asma ekstrinsik dan instrinsik
- Pada anak-anak asma ekstrinsik dapat sembuh sempurna
- Pasien penderita asma instrinsik dapat menjadi asma campuran
5. Etiologi
• Zat allergen (debu, bulu hewan, serbuk, asap)
• Infeksi respiratorik (virus / bakteri)
• Perubahan suhu udara (panas, dingin, kabut)
• Latihan / aktifitas berlebihan
• Alergi obat / makanan
• Faktor psikogenik (stress emosional)
• Faktor herediter dan riwayat keluarga
6. Patofisiologi
Pada penderita asma, penyempitan saluran pernafasan merupakan respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan mempengaruhi saluran pernafasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga.
Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan dan pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara (disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas.
Sel-sel tertentu di dalam saluran udara (terutama sel mast) diduga bertanggung jawab terhadap awal mula terjadinya penyempitan ini. Sel mast di sepanjang bronki melepaskan bahan seperti histamin dan leukotrien yang menyebabkan terjadinya kontraksi otot polos, peningkatan pembentukan lendir dan perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki. Sel mast mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka kenal sebagai benda asing (alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di dalam rumah atau bulu binatang. Tetapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi yang sama terjadi jika orang tersebut melakukan olah raga atau berada dalam cuaca dingin. Stres dan kecemasan juga bisa memicu dilepaskannya histamin dan leukotrien.

7. Tanda dan Gejala
 serangan tiba-tiba yang diawali dengan batuk-batuk dan sesak nafas.
 wheezing
 ekspirasi lebih panjang
 kontraksi otot-otot bantu pernapasan
 hypoksemia dan sianosis
 diaphoresis
 tachycardia
 keletihan

8. Test Diagnostik
a. Test AGD (Analisa Gas Darah)
- PO2 ↓ PCO2 ↓ (Hiperventilasai)
- PO2 ↓ PCO2 N (Peningkatan kelelahan)
- PO2 ↓ ( < 50 mm Hg). PCO2 ↑ (Hiperventilasi + kelelahan)
b. Biakan Sputum
Ditemukan organisme gram yang mencemari eosinofil → jika penyebabnya allergen (primer).
c. Pemeriksaan darah lengkap
- Ditemukan peningkatan nilai leukosit dan peningkatan cosinofil bila terjadi alergi.
d. Foto Thorax
Ditemukan infiltrat bila penyebabnya infeksi.
e. Spirometri
Menilai derajat obstruksi pada asma, kapasitas vital mungkin belum menurun, tapi bila serangan asma makin berat VC akan turun karena sebagian udara yang harus dikeluarkan terjebak dalam paru-paru.

9. Managemen Medik
Terdapat 5 kategori pengobatan yang digunakan dalam mengobati asma.
a. Agonis Beta (agen B-adrenergik) adalah:
o Medikasi awal yang digunakan dalam mengobati asma
o Mendilatasi otot-otot polos bronchial
o Meningkatkan gerakan siliaris
o Menurunkan mediator kimiawi anafilaktin
o Menguatkan efek bronkodilatasi dari kortikosteroid seperti: epinefrin, metaproterenol, albuterol, isoproterenol, isoetharine, terbutalin diberikan secara parental atau inhalasi. Jalur inhalasi adalah jalur pilihan karena mempengaruhi bronkiolus secara langsung dan efek samping lebih sedikit.

b. Metilsantin
 Mempunyai efek bronkodilatasi
 Merilekskan otot-otot polos bronchus
 M ↑ gerakan mucus dalam jalan nafas
 M ↑ kontraksi diafragma seperti aminofilin (IV), teofilin (oral)
 Tidak digunakan dalam serangan akut karena prosesnya lebih lambat dari agonis beta
 Obat tidak boleh diberikan terlalu cepat (iv) dapat terjadi takikardia (disritmia jantung)
 Faktor yang dapat mengganggu metabolisme metilsantin yaitu: merokok, gagal jantung, kontrasepsi, simetidin, eritromisin
c. Kortikosteroid
 Penting dalam pengobatan asma
 Mengurangi inflamasi + bronkokonstriktor
 Obat-obatan:
- hidrokortison (iv)
- prednisone, prednisolon (oral)
- Beklometason, deksametason (inhalasi)
d. Antikolinergik
 Efek bronkodilator yang sangat baik dengan efek samping sistemik minimal
 Tidak digunakan secara rutin
 Contoh: atropin
e. Inhibitor Sel Mast
• Mencegah pelepasan mediator kimiawi anafilaktik
• Mengakibatkan bronkodilatasi dan penurunan inflamasi jalan nafas
• Natrium kromolin sangat baik diberikan antar serangan atau sementara asma
Terapi lain
- O2 intermitent (control AGD)
- Infus (mencegah dehidrasi)
- Antibiotika bila ada tanda infeksi

10. Komplikasi
a. Gagal nafas
b. Atelektasis
c. Pnemothorax
d. Fraktur costae
e. Dysritmia jantung
f. Hipoksemia



11. Pencegahan
Serangan asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari. Serangan yang dipicu oleh olah raga bisa dihindari dengan meminum obat sebelum melakukan olah raga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar