Rabu, 15 Juni 2011

Konsep Asuhan Keperawatan keluarga

Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga.
Konsep asuhan keperawatan keluarga akan dibahas mengenai pengertian keluarga, tipe/jenis keluarga, struktur keluarga, peran keluarga, fungsi keluarga tahap-tahap keluarga, tugas perkembangan keluarga, dan peran perawat keluarga.
1.   Konsep keluarga.
Pada konsep keluarga ini penulis akan membahas tentang pengertian keluarga, tipe atau jenis keluarga, struktur keluarga, peran keluarga, fungsi keluarga, tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangan keluarga.
a.   Pengertian
Ada beberapa pengertian keluarga diantaranya menurut National Center For Health Statistic (1990), yang dikutip oleh Stan-hope dan Lancaster (1998), keluarga adalah kelompok dua orang atau lebih yang berhubungan karena kelahiran dan perkawinan, adopsi atau tinggal bersama dalam suatu rumah tangga. Menurut Harmon dan Boyd (1996), keluarga adalah suatu kelompok orang yang dipersatukan oleh tali perkawinan, pertalian darah atau adopsi, constituring rumah tangga tunggal, memberitahukan dan saling berinteraksi satu sama lain di dalam peranan sosial istri dan suami, ibu dan ayah, saudara dan saudari dan menciptakan serta memelihara suatu kultur. Menurut Frietman (1998), keluarga adalah suatu kesatuan dan orang-orang yang terikat dalam perkawinan, ada hubungan darah atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah.

b.   Tipe Keluarga
1.   Tipe keluarga tradisional terdiri dari :
a). Keluarga Inti
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, dan anak kandung atau angkat.
b). Keluarga Besar
Keluarga inti ditambah dengan keluarga-keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, paman, bibi.
c). Keluarga Dyad
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri tanpa anak.
d). Single Parent
Suatu rumah tangga yang terdiri dan satu orang tua dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh  perceraian atau kematian.
e). Single Adult
Suatu rumah tangga yang terdiri dari seorang dewasa.

f).   Keluarga Usila
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang berusia lanjut.

2.   Tipe keluarga non tradisional terdiri dari
a).  Commune Family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah.
b). Orang tua (Ayah-Ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu rumah tangga.
e).  Homoseksual, yaitu dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu rumah tangga.

c). Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat sekitarnya (Parad dan Caplan, 1995) yang diadopsi Friedman, mengatakan ada empat elemen struktur keluarga, yaitu:.
1.   Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing- masing anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya ditingkat masyarakat atau peran formal dan informal
2.   Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma keluarga yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.
3.   Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah dan ibu (orangtua), orang tua dengan anak-anak, anak dengan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti.
4.   Struktur kekuatan keluarga, merupakan kemampuan diri individu untuk mengembalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah yang positif.

d.   Peran Keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat interpersonal, sifat kegiatan yang berhubungan dengan individu dengan posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peran yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut :
I.    Peran ayah sebagai suami dan isteri dengan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga dan sebagai anggota dan kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2.   Peran ibu, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga. sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung sebagai salah satu kelompok dalam peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dan lingkungannya, disamping itu juga. ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3.   Peran anak, anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, spiritual.

e.   Fungsi Keluarga
Friedman (1986) mengidentifikasi 5 fungsi dasar keluarga, yaitu:
a.   Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal, keluarga yang merupakan basis kekuatan, sumber energi yang berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga, keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga dengan cara saling mengasuh, saling menghargai, ikatan dan identifikasi. Apabila fungsi afektif tidak terpenuhi. maka akan timbul keretakan keluarga, masalah anak atau masalah keluarga.
b.   Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar dalam lingkungan sosial.
c.   Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana maka fungsi ini sedikit terkontrol.
d.   Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti kebutuhan akan makanan, pakaian dan tempat berlindung (rumah).
e.   Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.
Adapun tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :
1.   Mengenal masalah.
2.   Membuat keputusan tindakan yang tepat.
3.   Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
4.   Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
5. Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat.

Menurut Murray (2003), Fungsi keluarga antara lain adalab
a.   Kasih sayang suatu keperdulian, lingkungan keluarga tersayang menyediakan kondisi-kondisi dimana anggota keluarga dapat mempelajari untuk saling mempercayai satu dengan yang lain dan orang lain diluar keluarga tersebut.
b.   Keamanan dan penerimaan mempunyai fisik yang mendasar Jan kebutuhan emosional yang dipelihara di dalam keluarga yang menanam suatu perasaan keamanan dan keselamatan yang akan menunjukkan kemampuannya untuk dapat diterima pada anggota masyarakat yang lain.
c.   Identitas dan perasaan, interaksi keluarga yang dicerminkan dengan mengizinkan anggota keluarga untuk mengembangkan suatu perasaan mereka dan bagaimana karakteristik mereka yang unik dihubungkan untuk orang lain.
d.   Persahabatan dan keanggotaan, sepanjang seluruh keluarga menciptakan suatu rasa memiliki antar anggota, yang menetapkan suatu template untuk mengikat bersama-sama dan dengan orang lain.
e.   Sosialisasi, keluarga menyebarkan sebuah identitas sosial dan budaya yang akan terwujud nilai-nilai dan sejarah keluarga dan kemudian berperan dalam identitas kolektif masyarakat, terutama sekali dalam bermacam-macam kultur masyarakat, yang pada gilirannya mempengaruhi kohesi masyarakat.
f.    Kendali di dalam keluarga, semua anggota datang untuk mengetahui aturan dan mengikat untuk memberikan standar yang realistis kepada tindakan masyarakat.

f.    Tahap- Tahap Perkembangan Keluarga
a.   Tahap I: Keluarga Baru (Pasangan Baru)
Keluarga baru dimulai saat masing- masing individu laki- laki (suami) dan perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing.

b.   Tahap II : Keluarga “Child Bearing” (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran anak mulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai usia 30 bulan.
c.   Tahap III: Keluarga dengan anak pra sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir saat berusia 5 tahun.
d.   Tahap IV: Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada tahap ini orang tua perlu belajar berpisah dengan anak memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi, baik aktivitas di sekolah maupun di luar sekolah.
e.   Tahap V: Keluarga dengan anak remaja
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai anak berusia 16-17 tahun, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya.
f.    Tahap VI: Keluarga dengan anak dewasa (Pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.

g.   Tahap VII: Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun dan salah satu pasangan meninggal dunia.
h.   Tahap VIII: Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampai keduanya meninggal dunia.

g.   Tugas Perkembangan Pada Setiap Tahapan Keluarga
Setiap tahapan perkembangan keluarga memiliki tugas perkembangan masing- masing sesuai dengan tahapannya yang harus dipenuhi oleh setiap keluarga.
Adapun tugas perkembangan pada setiap tahapan keluarga adalah:
a.   Tahap I: Keluarga Baru (Pasangan Baru)
1.   Membina hubungan intim yang memuaskan.
2.   Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial.
3.   Mendiskusikan rencana memiliki anak.


b.   Tahap II: Keluarga Child Bearing (Keluarga anak pertama)
1.   Persiapan menjadi orang tua.
2.   Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan seksual, dan kegiatan.
3.   Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
c.   Tahap III: Keluarga dengan anak pra sekolah
1.   Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privacy dan rasa aman.
2.   Membantu anak bersosialisasi.
3.   Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga hams terpenuhi.
4.   mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun diluar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
5.   Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak
6.   Pembagian tanggungjawab anggota keluarga
7.   Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang
d.   Tahap IV: Keluarga dengan anak sekolah
1.   Membantu sosialisasi anak terhadap tetangga, sekolah dan lingkungan
2.   Mempertahankan keintiman pasangan
3.   Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
e.   Tahap V: Keluarga dengan anak remaja
1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan rasa tanggung jawab mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
2.   Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3.   Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
4.   Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
f.    Tahap VI: Keluarga dengan anak dewasa (Pelepasan)
1.   Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2.   Mempertahankan keintiman pasangan.
3.   Membantu orang tua suami! istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua.
4.   Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5.   Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
g.   Tahap VII: Keluarga usia pertengahan
1.   Mempertahankan kesadaran.
2.   Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak- anak.
3.   Meningkatkan keakraban pasangan.
h.   Tahap VIII: Keluarga usia lanjut
1.   Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2.   Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik, dan pendapatan.
3.   Mempertahankan keakraban suami/ istri dan saling merawat.
4.   Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
5.   Melakukan “Life Review”.

h.   Peran Perawat Keluarga
Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan-kesehatan keluarga, yaitu:
a.   Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada agar :
1.   Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri
2.   Bertanggungjawab terhadap kesehatan

b.   Koordinator
Koordinator diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif tercapai dan diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dan berbagai disiplin ilmu.
c.   Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik, maupun rumah sakit. bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung.
d.   Pengawas Kesehatan
Perawat harus melaksanakan home visit secara teratur untuk melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
e.   Konsultan (Penasehat)
Perawat harus terbuka dan dapat dipercaya sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah kesehatan.
f.    Fasilitator
Perawat harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan, misalnya sistem rujukan dan dana’ kesehatan agar dapat membantu keluarga di dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya.

g.   Kolaborasi
Perawat harus bekerjasama dengan tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan yang optimal.
h.   Penemu Kasus
Perawat mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini  sehingga tak terjadi ledakan atau wabah.
i.    Modifikasi Lingkungan
Perawat harus dapat memodifikasi, baik lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.

2.   Konsep Keperawatan Keluarga
a.   Pengkajian
Pengkajian merupakan data yang perlu dikaji pada proses perawatan keluarga dengan masalah Diabetes Mellitus menurut Friedman (1998) meliputi data dasar keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping keluarga dan fungsi perawatan kesehatan.
1.   Data dasar keluarga, data yang perlu dikaji antara lain: nama keluarga, amanat dan nomor telepon, komposisi keluarga, tipe keluarga, latar belakang budaya (etnis), identifikasi religi, status kelas keluarga, aktivitas rekreasi dan waktu senggang keluarga.
2.   Data lingkungan keluarga, data yang perlu dikaji antara lain: karakteristik rumah, karakteristik dan lingkungan sekitar dan komunitas yang lebih besar, mobilitas geografi keluarga, perkumpulan dan interaksi keluarga dengan masyarakat, serta sistem-sistem pendukung keluarga.
3.   Struktur keluarga yang terdiri dai: pola komunikasi keluarga: data yang harus dikaji adalah observasi seluruh anggota keluarga dalam berhubungan satu sama lain, apakah komunikasi dalam keluarga berfungsi atau tidak, seberapa balk setiap anggota keluarga menjadi pendengar, jelas dalam penyampaian, perasaan terhadap komunikasi dan interaksi, apakah keluarga melibatkan emosi atau tidak dalam penyampaian pesan. Struktur kekuatan keluarga: yang perlu dekaji antara lain: siapa yang mengambil keputusan dalam keluarga, ,siapa yang mengambil keputusan penting seperti anggaran keluarga, pindah kerja, tempat tinggal, mengatur disiplin dan aktivitas anak serta proses dalam pengambilan keputusan dengan concerisus tawar-menawar dan sebagainya. Struktur peran keluarga: data yang dapat dikaji dalam peran formal adalah peran dan posisi formal setiap anggota keluarga tidak ada konflik dalam peran, bagaimana perasaan terhadap perannya. Jika dibutuhkan dapatkah peran berlaku fleksibel. Jika ada masalah dalam peran siapa yang mempengaruhi anggota keluarga, siapa yang memberikan mereka penilaian tentang pertumbuhan, pengalaman baru, peran dan tekhnik komunikasi. Peran informal: peran informal dan peran yang tidak jelas apa yang ada di dalam keluarga. Bagaimana anggota keluarga melaksanakan perannya, apakah sudah sesuai posisi keluarga dengan peran yang dilaksanakannya, apabila peran tidak terlaksana tanyakan siapa yang biasanya melaksanakan peran tersebut sebelumnya dan apa pengaruhnya. Sedangkan nilai dan budaya, data yang dapat dikaji adalah nilai-nilai yang dominan yang dianut oleh keluarga, nilai mu keluarga seperti siapa yang berperan dalam mencari nafkah, kemauan dan penguasaan lingkungan, orientasi masa depan, kegemaran-kegemaran keluarga, apakah ada kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dan komunitas yang lebih luas, apakah ada kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dan nilai-nilai sub sistem keluarga, bagaimana pentingnya nilai-nilai terhadap keluarga, apakah keluarga menganut nilai-nilai keluarga secara sadar atau tidak, apakah ada konflik nilai yang menonjol dalam keluarga itu sendiri, bagaimana nilai-nilai mempengaruhi kesehatan keluarga.
4.   Fungsi keluarga terdiri dan: fungsi afektif, atau yang dapat dikaji antara lain: pola kebutuhan keluarga dan respon, apakah anggota keluarga merasakan keutuhan individu lain dalam keluarga, apakah orang tua / pasangan mampu menggambarkan kebutuhan persoalan lain dan anggota yang lain, bagaimana sensitifnya anggota keluarga dengan melihat tanda-tanda yang berhubungan dengan perasaan dan kebutuhan orang lain, apakah anggota keluarga mempunyai orang yang dapat dipercayainya saling memperhatikan, sejauh mana anggota keluarga memberikan perhatian satu sama lain, bagaimana mereka sating mendukung, apakah terdapat perasaan akrab dan intim diantara lingkungan hubungan keluarga, sebaik apa hubungan anggota keluarga dengan anggota yang lain, apakah ada kedekatan khusus anggota keluarga dengan anggota keluarga yang lain, keterpisahan dan keterikatan, bagaimana keluarga menanamkan perasaan kebersamaan dengan anggota keluarga, apakah sudah sesuai perpisahan yang terjadi di keluarga dengan tahap perkembangan di keluarga. Fungsi sosial, data yang perlu dikaji adalah: bagaimana keluarga membesarkan anak dan keluarga dalam area orang: kontrol perilaku, disiplin, penghargaan, hukuman, otonomi dan ketergantungan, memberi dan menerima cinta serta latihan perilaku sesuai dengan usia, siapa yang menerima tanggung jawab dan peran membesarkan anak/fungsi anak atau fungsi sosialisasi, apakah fungsi tersebut dipikul bersama, bagaimana cara pengaturannya, bagaimana anak-anak dihargai oleh keluarga kebudayaan yang dianut dalam membesarkan anak, apakah keluarga merupakan resiko tinggi mendapat masalah dalam membesarkan anak, factor resiko apa yang memungkinkan, apakah lingkungan memberikan dukungan dalam perkembangan anak seperti tempat bermain dan istirahat (kamar tidur sendiri). Fungsi reproduksi, data yang perlu dikaji, berapa jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan jumlah anak, metode apa yang digunakan keluarga dalam pengendalian jumlah anak.
5.   Stress dan koping keluarga hal yang perlu dikaji, stressor jangka pendek dan jangka panjang, kemampuan keluarga berespon dalam masalah, strategi koping yang digunakan, strategi adaptasi difungsional dan pemeriksaan fisik dilakukan secara head to head.
6.   Fungsi perawatan kesehatan dalam melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga, hal yang perlu dikaji meliputi;
a.   Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, data yang perlu dikaji, pengetahuan keluarga tentang masalah kesehatan Reumatik yang meliputi pengertian, faktor penyebab, tanda dan gejala dan persepsi keluarga terhadap masalah.
b.   Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah Diabetes militus, hal yang perlu dikaji adalah kemampuan keluarga tentang pengertian, sifat dan luasnya masalah Diabetes MeIlitus, apakah masalah dirasakan keluarga. apakah keluarga pasrah terhadap masalah, apakah keluarga akut dan akibat tindakan penyakitnya, apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan, apakah ada informasi yang salah terhadap tindakan dalam menghadapi masalah.
c.   Untuk mengetahui kemampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Meilisus, data yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakit, bagaimana sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan, bagaimana pengetahuan keluarga tentang fasilitas yang diperlukan untuk perawatan, apakah keluarga mengetahui sumber-sumber yang ada, sikap keluarga terhadap sakit.
d.   Kemampuan keluarga untuk memelihara lingkungan rumah yang sehat, hal yang perlu dikaji adalah pengetahuan keluarga tentang sumber-sumber yang dimiliki keluarga, bagaimana keluarga melihat keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan, sejauh mana keluarga mengetahui pentingnya hygiene sanitasi, keluarga mengetahui upaya pencegahan penyakit, bagaimana sikap atau pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi, sejauh mana kekompakan keluarga.
e.   Kemampuan kelu1irga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan, hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan, keuntungan-keuntungan dan fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan atau fasilitas kesehatan, ada pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan, fasilitas kesehatan yang terjangkau oleh keluarga,

b.   Diagnosa Keperawatan
Menurut Bailon dan Maglaya (1989) dan modifikasi oleh Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (2000), bahwa etialogi diagnosa keperawatan ada 3 yaitu:
a.   Aktual (deficit atau gangguan kesehatan), bila didapatkan data tanda dan gejala gangguan kesehatan, contoh: ketidakseimbangan antara makanan dan insulin. Pada keluarga Bapak  D berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus.
b.   Resiko (ancaman kesehatan), sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan, misalnya : kebiasaan tidak mengontrol makanan yang banyak mengandung glukosa atau dengan makanan yang berlebihan. Contoh : Resiko peningkatan kadar glukosa dalam darah pada keluarga Bapak  berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus.
c.   Potensial (keadaan sejahtera atau wellness), kejadian dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan. Contoh : potensial terjadi peningkatan kesejahteraan pada ibu hamil atau keluarga.
Pada pembuatan diagnosa keluarga ini, etiologi berdasarkan lima fungsi keperawatan keluarga, dimana apabila ditentukan lebih dari satu fungsi kesehatan yang terganggu maka yang menjadi etiologi adalah ketidakmampuan keluarga merawat.


c.   Perencanaan
1.   Penapisan Masalah
Dalam menyusun prioritas masalah keperawatan yang telah teridentifikasi perlu dilakukan penapisan masalah keperawatan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :
Kriteria
Skor
Bobot
Pembenaran
Sifat Masalah
a.    Aktual
b.    Resiko
c.    Potensial

3
2
1

1


Aktual bobot tinggi karena memerlukan tindakan yang segera, potensial bobot sedikit karena perilaku keluarga dalam transisi dari tingkat kesejahteraan tertentu ke tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi (Nanda, 1994), dikutip oleh Carpenito 1998)
Kemungkinan masalah dapat diubah
a.    Mudah
b.    Sebagian
c.    Tidak dapat diubah



3
2
1



2
Pengetahuan dan tekhnologi untuk menangani masalah, sumber daya keluarga, perawat dan masyarakat.
Potensi Masalah untuk Dicegah
a.    Tinggi
b.    Sedang
c.    Rendah



3
2
1



1
Beratnya penyakit, prognosa penyakit atau kemungkinan untuk mencegah, lamanya masalah, adanya kelompok resiko tinggi atau rawan.
Menonjolnya masalah
a.   Masalah Berat harus segera ditangani
b.   Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani
c.   Masalah Tidak dirasakan


2



1



0

Persepsi keluarga melihat masalah. Jika keluarga menyadari masalah dan merasa perlu ditangani segera skornya tinggi.

Cara Perhitungan Skor
Pertama kita menentukan skor untuk setiap kriteria, kemudian skor yang diperoleh dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan nilai bobot. Setelah mendapatkan basil jumlah skor untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5 sama dengan jumlah seluruh bobot dan skor tertinggi menjadi prioritas.

2.   Perencanaan Keperawatan
Setelah menyusun prioritas masalah maka pada tahap berikutnya adalah menyusun rencana tindakan keperawatan keluarga. Rencana tindakan keperawatan keluarga merupakan sekumpulan rencana tindakan yang direncanakan perawat untuk dilaksanakan, Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan rencana keperawatan adalah:
a.   Rencana keperawatan harus berdasarkan atas analisa secara menyeluruh tentang masalah situasi keluarga.
b.   Rencana keperawatan harus realistis. Artinya dapat dilaksanakan dan dapat menghasilkan apa yang diharapkan.
c.   Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah instansi kesehatan, misalnya jika instansi kesehatan yang bersangkutan tidak memungkinkan pemberian pelayanan secara cuma-cuma, maka perawat harus mempertimbangkan hal tersebut dalam membuat rencana keperawatan dan tindakan.
d.   Rencana keperawatan harus dibuat bersama keluarga, hal ini sesuai dengan prinsip bahwa perawat bekerja bersama keluarga dan bukan untuk keluarga.
e.   Rencana keperawatan dibuat secara tertulis, hall ini berguna bagi perawat maupun tim kesehatan lainnya, serta dapat membantu dalam mengawasi perkembangan masalah keluarga.
Berikut ini adalah tindakan keperawatan yang dilakukan keluarga untuk mengatasi penyebab masalah keperawatan :
a.   Untuk membantu keluarga dalam penerimaan terhadap masalah dilakukan adalah: perluas dasar sedang dihadapi, Bantu keluarga dan situasi yang ada. Hubungkan sasaran yang telah ditentukan. menghadapi masalah.
b.   Untuk membantu keluarga agar dapat menentukan keputusan yang tepat dalam rangka menyelesaikan masalah, tindakan yang dilakukan adalah: diskusikan dengan keluarga konsekuensi yang akan timbul jika tidak melakukan tindakan. Perkenalkan pada keluarga tentang alternatif kemungkinan yang dapat diambil serta sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan alternative tersebut. Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat dan masing-masing alternative tindakan.
c.   Untuk meningkatkan kepercayaan diri keluarga dalam memberikan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit, perawat dapat melakukan tindakan antara lain: demonstrasikan tindakan yang diperlukan. Manfaatkan fasilitas atau sasaran yang ada di rumah keluarga. Hindari hal-hal yang merintangi keberhasilan keluarga merujuk klien atau mencari pertolongan kepada tim kesehatan yang ada.
d.   Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam menciptakan lingkungan yang menunjang kesehatan, perawat dapat melakukan tindakan antara lain: Bantu keluarga dalam rangka menghindari adanya ancaman dan perkembangan kepribadian anggota keluarga. Bantu keluarga dalam rangka memperbaiki fasilitas fisik yang ada. Hindarkan ancaman psikologis dalam keluarga dengan cara memperbaiki pola, komunikasi keluarga, memperjelas peran masing-masing keluarga. Kembangkan kesanggupan keluarga dalam rangka pemenuhan kebutuhan psikososial.
e.   Untuk membantu keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, maka perawat harus mempunyai pengetahuan yang luas dan tempat tentang sumber daya yang ada di masyarakat dan cara memanfaatkannya, seperti instansi kesehatan, program peningkatan kesehatan, dan organisasi-organisasi masyarakat.

d.   Penatalaksanaan
Penatalaksanaan merupakan salah satu proses keperawatan keluarga dimana perawatan mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan minat dan mengadakan perbaikan ke arah perilaku yang sehat. Perawat harus memperhatikan ketidakmampuan dan kesulitan keluarga dapat menghadapi masalah kesehatannya. Diharapkan perawat dapat memperhatikan beberapa prinsip motivasi yang bermanfaat dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat yaitu: tingkah laku yang berkaitan dengan masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh kemampuan keluarga melihat akibat masalah kesehatan terhadap dirinya keyakinan keluarga terhadap keberhasilan tindakan dalam menurunkan masalah. Dorongan yang berhubungan dengan kesehatan tidak selalu menimbulkan tingkah laku sehat dan sebaliknya.
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan ada beberapa faktor penghambat baik dan keluarga maupun petugas kesehatan. Faktor-faktor penghambat dan keluarga adalah keluarga kurang memperoleh informasi, keluarga mendapat informasi yang tidak lengkap sehingga melihat masalah hanya sebagian, keluarga tidak dapat mengaitkan informasi dengan situasi yang dihadapinya, keluarga tidak mau menghadapi tekanan sosial atau dan keluarga, keluarga ingin mempertahankan suatu pola tingkah laku, keluarga gagal mengaitkan tindakan dengan sasaran keluarga, keluarga tidak percaya dengan tindakan yang diusulkan oleh perawat. Sedangkan faktor penyulit yang berasal dari petugas adalah petugas atau perawat cenderung menggunakan satu pola pendekatan (perawat kaku), petugas kurang memberikan  penghargaan atau perhatian terhadap faktor-faktor sosial budaya. petugas kurang mampu dalam mengambil tindakan dan menggunakan berbagai macam teknik dalam mengatasi masalah yang rumit.

e.   Evaluasi
Dalam perawatan kesehatan keluarga, evaluasi merupakan proses yang dilakukan dalam menilai keberhasilan dan suatu tindakan keperawatan dan menentukan sejauh mana tujuan sudah tercapai, bila tujuan tercapai ditentukan a1aannya apakah tujuan realistis, mungkin tindakan tidak tepat karena mungkin ada faktor 1inkungan yang tidak dapat teratasi. Tahap pada umumnya, tahap evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu: evaluasi kuantitatif dimana evaluasi ini menekankan pada jumlah pelayanan atau kegiatan yang telah diberikan. Sedangkan evaluasi kualitatif adalah evaluasi yang difokuskan pada tiga dimensi yang saling berkaitan yaitu: evaluasi struktur yaitu berhubungan dengan tenaga atau bahan yang diperlukan dalam suatu kegiatan, evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan selama kegiatan berlangsung dan evaluasi basil merupakan basil dan pemberian asuhan keperawatan.
Adapun metode yang sering dipakai untuk menentukan apakah tujuan dati tindakan keperawatan yang telah tercapai adalah sebagai berikut :
a.   Observasi langsung metode ini merupakan metode yang paling valid untuk menentukan adanya perubahan yaitu bila interpretasi yang subyektif dan pengamat dapat dikurangi dan menggunakan instrument yang tepat dan tujuan yang telah ditetapkan mengenai proses atau hasil.
b.   Memeriksa laporan atau record mengenai test diagnostik yang menunjukkan perubahan dalam status kesehatan klien dapat diperoleh dan kartu penderita.
c.   Wawancara untuk menentukan perubahan sikap dan tingkah laku yang rumit, wawancara dapat disusun dan diberikan kepada keluarga yang berperan penting.
d.   Latihan stimulasi, berguna untuk menentukan perkembangan kesanggupan untuk mengerti seperti kecakapan dalam membuat keputusan, menanggapi masalah dan menganalisa masalah.
Untuk menentukan keberhasilan suatu tindakan keperawatan yang diberikan pada keluarga dengan pedoman SOAP sebagai tuntunan perawat dalam melakukan evaluasi adalah:
a.   Subyektif    : Pernyataan atau uraian keluarga, klien atau sumber lain tentang perubahan yang dirasakan baik kemajuan atau kemunduran setelah diberikan tindakan keperawatan.
b.   Obyektif      : Data yang bisa diamati dan diukur memalui teknik observasi, palpasi, perkusi dan auskultasi, sehingga dapat dilihat kemajuan atau kemunduran pada sasaran perawatan sebelum dan setelah diberikan tindakan keperawatan.
c.   Analisa       : Pernyataan yang menunjukkan sejauh mana masalah keperawatan ditanggulangi.
d.   Planning    : Rencana yang ada dalam catatan perkembangan merupakan rencana tindakan hash evaluasi tentang dilanjutkan atau tidak rencana tersebut sehingga diperlukan inovasi dan modifikasi bagi perawat.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar